"Pernah terbersit bahwa kita ini anak2 Adam.. Yang merantau meninggalkan ayah purbah kita dan menatap di berbagai tempat.. Kita berhijra dari rumah 'Ayah ibu' kita berpencar mengisi kerak bumi.. Kemudian kita beranak pinak, menjadi keluarga, menjadi suku, bangsa, negara.. Kita menetap, dan jauh dari 'ayah-ibu' kita secara geografis, dan juga masa.. Mereka telah lama tiada.. Tidak ada lagi tempat anak2 safir ini berkumpul, dalam lingdung kasih mereka.. Anak safir perlahan saling melupakan.. Identitas keluarga besar anak Adam mulai runtuh, diganti dengan kesukuan, ras, bahasa, wilaya.. Kita menjadi lupa garis2 besar pohon kekeluagaan anak2 manusia.. Hingga suatu ketika, Tuhan rindu agar manusia mengenal kembali keluarganya.. Maka diutuslah, Nabi-Nabi, mereka berperilaku lembut, sifatnya ramah pada semua, misinya persatuan, anti pada perpecahan, citanya kedamaian, cenderung pada Kaum yang lemah dan tertindas, dan lantang pada kezaliman penguasa.. Para Nabi mengajarkan saling mengasihi, atau mungkin mengingatkan kembali kasih yang tertidur, untuk mengasihi pada sesama.. Mereka yang terbangun, lalu sadar akan darah yang mengalir _tidak dalam pembulu darah_ namun mempertemukan mereka sebagai keluarga.. Mungkin demikianlah hakikat selaturahmi, menyambungkan kembali tali-temali kekeluagaan yang terlupakan.. Saling bertemu dengan sodara, melepas kerinduaan purba dalam kenyataannya _dalam segala perbedaan yang ada, dan dijadikan bahan bakar permusuhan, pertengkaran, perselisihan, yang tak patut_ kita adalah anak2 Adam, makhluk Tuhan sekalian alam (Hanya Tuhan yang boleh senidiri)..
Mungkin kita tak saling mengasihi, karena kita tidak saling ber-selaturahmi.." _anonymous_
Minggu, 28 Juni 2015
Saat Berkunjung ke Kota Itu
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar