LAHAN KEHIDUPAN
Siapa
bilang aku tidak lagi hijau..
Semua
kembali hijau seperti sedia kala..
Gunung-gunung
pun hijau semerbak..
Hamparannya
adalah panorama penenang jiwa..
Namun
tidaklah sealamiah tampaknya, manusia telah menyulap ku..
Pohon-pohon
penghisap karbon di udara, kini berganti menjadi, kentang, kol, sawi, tomat,
dan tanaman palawija..
Penghasil
oksigen berubah menjadi penyuplai bahan dapur..
Udara
dan makanan keduanya untuk hidup..
Namun keduanya bukan
barang substitusi..
Foto oleh Amal Darmawan
DIDIKAN MENTARI..
Aku
ingin di kasur saja..
Ini
bahkan masih terlalu pagi..
Lalu
terdengar suara lembut mama..
Cuci
mukamu nak, malu sama mentari.
Sedari
tadi ia menunggumu berbuat sebuah kebaikan..
Foto oleh
M.
Aswar Habir
TITIK-TITIK KEHIDUPAN
Garis-garis
adalah sekumpulan titik-titik..
Begitu
yang aku pelajari di sekolah..
Lalu
mengapa aku mencemooh titik..
Dan
lalu mengagungkan garis..
Jika
garis adalah kejayaan, kekayaan, kemakmuran, kekuasaan..
Maka
titik adalah ‘Ada’, atau kamu sering menyebutnya ‘hidup’..
Maka
aku lebih memilih mensyukuri kehidupan..
Foto oleh
Andrian
Akbar
PADA AKHIRNYA SAMA SAJA
Apa
yang kamu pikirikan tentang aku..
pembunuh,
penjagal, tak punya hati nurani..
terserah
padamu itu hak kamu untuk menilai..
aku
hanya ingin mengatakan bahwa dalam kejijikanmu,
sepertinya
kamu lupa, atau mungkin kamu tidak sadar..
Kamu
juga sama saja, bahkan lebih sadis dari semua itu..
Pernah
kamu mencela, mengibah, atau memfitnah?
Mungkin
sekarang kamu sudah mengerti maksudku..
Foto oleh
M.
Akram
MEMBINGKAI MASA DEPAN
Di
gubuk kebahagian yang rapuh..
Ku
pijakan kaki-kaki kecil di atas papan waktu yang terasa dingin..
Tidak
banyak yang aku miliki di sini..
Hanya
sebuah jendela kecil tempat biasa aku menegadahkan wajahku..
Mengais
cahaya yang menghangatkan setiap harapan di dada..
Foto
oleh
Amal
Darmawan
CITA SETINGGI AWAN
Ada
yang bercita menjadi dokter..
Ada
yang bercita menjadi saudagar..
Ada
yang lupa untuk bercita..
Sedang
aku citaku sederhana saja..
Aku
tidak ingin didandani dengan celak atau bedak berwarna..
Namun
manusia baik dan budiman,
yang
citanya setinggi awan bahkan langit,
mewujudkan
aku menjiadi setinggi awan pula..
Mendandaniku
dengan bercak-bercak picik,
sembari
mencibir aku..
Foto oleh
Amalia
Zul Hilmi
HANYA BAHAGIA..
Apa
yang kamu harapakan dariku??
Aku
kotor, aku kumuh, aku miskin..
Tak
punya apa-apa..
Beginilah
aku..
Tanpa
syarat yang banyak..
Sederhananya,
Aku hanya bahagia..
Foto oleh
Ayu
Adriani
KASIH
Tak perlu kau mempertanyakan..
Aku kebingungan menjawabnya..
Ini terlalu sederhana..
Aku takut malah merumitkanya..
Apa kau tidak seperti itu..
Apa semua tidak jelas..
Sehingga mungkin kau ragu..
Atau pahaman kita yang berbeda sejak awal..
Tidak mengapa karena kau bukan pihak yang bersalah..
Pun jika salah tidak mengapa..
Ini terlalu sederhana..
Sudah ku bilang! Aku ragu malah merumitkanya..
Foto oleh
Hary
Sabar
PERGI KE KOTA
Ibu
mengandungku untuk mengadakanku..
Dengan
penuh harap Ia besarkan aku..
Dari
benih hingga meranum dan bersemai..
Setelah
menjadi ada, ibu mengambilku secukupnya..
Lalu
sebagian besar lainnya menuju kota..
Untuk
berjuta perut-perut yang tak pernah puas padaku..
Kota
selalu menjadi tujuaanku meng’ada’..
. Foto oleh
Imam
Pratama
MASIH MUDA
Kamu
pasti tidak percaya..
Aku
masih yang dulu..
Hanya
saja tubuhku telah menjadi usang..
Berjuta
kali berganti hingga hampir mencapai batasnya..
Tubuhku
mungkin bukan yang dulu lagi, yang elok dan tampan..
Namun
aku masih yang dulu.
Aku
masih tetap aku..
Foto
oleh
Imam
Pratama
BUKAN DI SINI..
Aku
ingin sebuah ketenangan..
Jauh
dari hiruk pikuk keramaiaan jalan kota..
Aku
ingin sebuah kebebasan..
Jauh
dari aparatur apapun..
Ku
taklukkan sebuah gunung..
Namun
tetap harus turun juga.
Karena
bukan disini..
Kemeredekaan,
ketenangan, kebebasan itu bukan disini..
Aku
hanya coba lari, aku ketakutan..
Disana
aku menjadi kalah..
Kalah
dari diriku, yang hanya melemparkan semua salah pada hidup dan waktu..
Tanpa
berkompromi tetiba terdampar aku disini..
Pun
begitu gunung menjadi pengajar yang handal..
Membuatku
merenungi bahwa di sana harusnya aku berada..
Mendaki
dataran masyrakat, memaknai dan menjalani hidup dengan baik..
Bukankah
kemerdekaan itu tidak lahir dari kesendirian..
Foto oleh
Jung
Muhammad As’ad Ramlan
DUDUK MANIS DAN
DENGARKAN..
Berhentilah
sejenak dan dengarkan petua ini..
"Ada yang hanya memandang, tanpa kata,
tanpa nada, tanpa artikulasi, berbincang dalam diam namun sarat makna.. ada
yang berbicara penuh kata , tata bahasa, berwarna, bernada, panjang, dan
kehilangan makna.."
Foto oleh
Imam
Mubin
MATI MUDA
Maafkan
aku sayang ku..
Aku
gugur sebelum dirimu bersemi..
Saat
dimana nanti kamu terlahir di dunia..
Aku
berharap kamu tidak sesak dan menjadi pesakitan..
Foto oleh
Andini
Khaerunnisa M
ATAS NAMA KEMERDEKAAN..
Para
penuntut kemerdekaan..
Menyuarakan
pembebasan dari penindasan..
Mereka
tidak butuh dan mencari penghargaan..
Mereka
hanya pendamba KEMERDEKAAN..
Lebih
sering mereka dicemooh karena memacetkan jalan..
Namun
mereka tidak gentar.. Demi untuk mengelitik penguasa dan penindas..
Kami
bukan salah satu dari mereka..
Kami
hanya anak manja yang banyak takutnya..
Namun
izinkan kami bersuara sedikit..
Sebagai
pelepas tanggung jawab..
Bersuara
dengan imaji ini..
Foto oleh
M.
Rizki S Ali
SAHABAT DEKAT DAN
KEKASIH..
Kusebut
ia kekasihku sepanjang waktu..
Aku
mencintainya..
Namun
ia memilih pergi bersama sahabat sejatinya..
“Aku
bersamanya sejak ia memulai kehidupanya” begitu kata sahabatnya padaku..
Dan
kalau begitu akupun demikian..
Namanya adalah ‘kematian’.. Dia adalah sahabat hidup..
Foto oleh
Imam
Mubin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar