Senin, 10 Februari 2014

Izinkan Aku Bercerita...


LAHAN KEHIDUPAN

Siapa bilang aku tidak lagi hijau.. 
Semua kembali hijau seperti sedia kala.. 
Gunung-gunung pun hijau semerbak..
Hamparannya adalah panorama penenang jiwa..
Namun tidaklah sealamiah tampaknya, manusia telah menyulap ku..
Pohon-pohon penghisap karbon di udara, kini berganti menjadi, kentang, kol, sawi, tomat, dan tanaman palawija..
Penghasil oksigen berubah menjadi penyuplai bahan dapur..
Udara dan makanan keduanya untuk hidup..
Namun keduanya bukan barang substitusi..




Foto oleh Amal Darmawan  
 






DIDIKAN MENTARI..
Aku ingin di kasur saja..
Ini bahkan masih terlalu pagi..
Lalu terdengar suara lembut mama..
Cuci mukamu nak, malu sama mentari.
Sedari tadi ia menunggumu berbuat sebuah kebaikan..


 Foto oleh
M. Aswar Habir




TITIK-TITIK KEHIDUPAN
Garis-garis adalah sekumpulan titik-titik..
Begitu yang aku pelajari di sekolah..
Lalu mengapa aku mencemooh titik..
Dan lalu mengagungkan garis..
Jika garis adalah kejayaan, kekayaan, kemakmuran, kekuasaan..
Maka titik adalah ‘Ada’, atau kamu sering menyebutnya ‘hidup’..
Maka aku lebih memilih mensyukuri kehidupan..


 Foto oleh
Andrian Akbar



PADA AKHIRNYA SAMA SAJA
Apa yang kamu pikirikan tentang aku..
pembunuh, penjagal, tak punya hati nurani..
terserah padamu itu hak kamu untuk menilai..
aku hanya ingin mengatakan bahwa dalam kejijikanmu,
sepertinya kamu lupa, atau mungkin kamu tidak sadar..
Kamu juga sama saja, bahkan lebih sadis dari semua itu..
Pernah kamu mencela, mengibah, atau memfitnah?
Mungkin sekarang kamu sudah mengerti maksudku..


 Foto oleh
M. Akram



MEMBINGKAI MASA DEPAN
Di gubuk kebahagian yang rapuh..
Ku pijakan kaki-kaki kecil di atas papan waktu yang terasa dingin..
Tidak banyak yang aku miliki di sini..
Hanya sebuah jendela kecil tempat biasa aku menegadahkan wajahku..
Mengais cahaya yang menghangatkan setiap harapan di dada..



  Foto oleh
Amal Darmawan
 



CITA SETINGGI AWAN
Ada yang bercita menjadi dokter..
Ada yang bercita menjadi saudagar..
Ada yang  lupa untuk bercita..
Sedang aku citaku sederhana saja..
Aku tidak ingin didandani dengan celak atau bedak berwarna..
Namun manusia baik dan budiman,
yang citanya setinggi awan bahkan langit,
mewujudkan aku menjiadi setinggi awan pula..
Mendandaniku dengan bercak-bercak picik,
sembari mencibir aku..



 Foto oleh
Amalia Zul Hilmi
 


HANYA BAHAGIA..
Apa yang kamu harapakan dariku??
Aku kotor, aku kumuh, aku miskin..
Tak punya apa-apa..
Beginilah aku..
Tanpa syarat yang banyak..
Sederhananya, Aku hanya bahagia..


 Foto oleh
Ayu Adriani



KASIH
Tak perlu kau mempertanyakan..
Aku kebingungan menjawabnya..
Ini terlalu sederhana..
Aku takut malah merumitkanya..

Apa kau tidak seperti itu..
Apa semua tidak jelas..
Sehingga mungkin kau ragu..
Atau pahaman kita yang berbeda sejak awal..

Tidak mengapa karena kau bukan pihak yang bersalah..
Pun jika salah tidak mengapa..
Ini terlalu sederhana..
Sudah ku bilang! Aku ragu malah merumitkanya..



 Foto oleh
Hary Sabar
 



PERGI KE KOTA
Ibu mengandungku untuk mengadakanku..
Dengan penuh harap Ia besarkan aku..
Dari benih hingga meranum dan bersemai..
Setelah menjadi ada, ibu mengambilku secukupnya..
Lalu sebagian besar lainnya menuju kota..
Untuk berjuta perut-perut yang tak pernah puas padaku..
Kota selalu menjadi tujuaanku meng’ada’..


 . Foto oleh
Imam Pratama
 

MASIH MUDA
Kamu pasti tidak percaya..
Aku masih yang dulu..
Hanya saja tubuhku telah menjadi usang..
Berjuta kali berganti hingga hampir mencapai batasnya..
Tubuhku mungkin bukan yang dulu lagi, yang elok dan tampan..
Namun aku masih yang dulu.
Aku masih tetap aku..



  Foto oleh
Imam Pratama





BUKAN DI SINI..
Aku ingin sebuah ketenangan..
Jauh dari hiruk pikuk keramaiaan  jalan kota..
Aku ingin sebuah kebebasan..
Jauh dari aparatur apapun..

Ku taklukkan sebuah gunung..
Namun tetap harus turun juga.
Karena bukan disini..
Kemeredekaan, ketenangan, kebebasan itu bukan disini..

Aku hanya coba lari, aku ketakutan..
Disana aku menjadi kalah..
Kalah dari diriku, yang hanya melemparkan semua salah pada hidup dan waktu..
Tanpa berkompromi tetiba terdampar aku disini..

Pun begitu gunung menjadi pengajar yang handal..
Membuatku merenungi bahwa di sana harusnya aku berada..
Mendaki dataran masyrakat, memaknai dan menjalani hidup dengan baik.. 
Bukankah kemerdekaan itu tidak lahir dari kesendirian..


 Foto oleh
Jung Muhammad As’ad Ramlan




DUDUK MANIS DAN DENGARKAN..
Berhentilah sejenak dan dengarkan petua ini..
"Ada yang hanya memandang, tanpa kata, tanpa nada, tanpa artikulasi, berbincang dalam diam namun sarat makna.. ada yang berbicara penuh kata , tata bahasa, berwarna, bernada, panjang, dan kehilangan makna.."


 Foto oleh
Imam Mubin
  

MATI MUDA
Maafkan aku sayang ku..
Aku gugur sebelum dirimu bersemi..
Saat dimana nanti kamu  terlahir di dunia..
Aku berharap kamu tidak sesak dan menjadi pesakitan..


Foto oleh
Andini Khaerunnisa M




ATAS NAMA KEMERDEKAAN..
Para penuntut kemerdekaan..
Menyuarakan pembebasan dari penindasan..
Mereka tidak butuh dan mencari penghargaan..
Mereka hanya pendamba KEMERDEKAAN..
Lebih sering mereka dicemooh karena memacetkan jalan..
Namun mereka tidak gentar.. Demi untuk mengelitik penguasa dan penindas..
Kami bukan salah satu dari mereka..
Kami hanya anak manja yang banyak takutnya..
Namun izinkan kami bersuara sedikit..
Sebagai pelepas tanggung jawab..
Bersuara dengan imaji ini..




Foto oleh
M. Rizki S Ali
 



SAHABAT DEKAT DAN KEKASIH..
Kusebut ia kekasihku sepanjang waktu..
Aku mencintainya..
Namun ia memilih pergi bersama sahabat sejatinya..
“Aku bersamanya sejak ia memulai kehidupanya” begitu kata sahabatnya padaku..
Dan kalau begitu akupun demikian..
Namanya  adalah ‘kematian’.. Dia  adalah sahabat hidup..


Foto oleh
Imam Mubin
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar