Senin, 24 Februari 2014

SEAKAN SURAT CINTA..

Bagian Prolog..

Terakhir kali aku menceritakan kisah yang cukup sedih padamu.. hari itu kita sama-sama meneteskan air mata.. saat itu kita berjanji untuk saling percaya, air mata menjadi penganti darah atau pena yang mengikat janji itu, tanpa ada kata yang memaki, tanpa ada urat di leher dan di wajah, tanpa kata lagi.. Kita telah bersepakat akan saling percaya, begitulah janji-janji itu kita goreskan dengan hujan yang semakin deras dari mata kita masing-masing..

Kasih, aku sungguh tidak sedang dalam keadaan kecewa atau terpuruk.. aku masih selalu mencoba untuk bersyukur dalam setiap jengkal hidup ini.. aku tidak ingin mendustakan kebahagian yang perna kita lukiskan, itu sungguh sangatlah banyak.. namun izinkan aku sedikt bercuap-cuap di telinga mungilmu, menceritakan bagaimana perasaan yang awalnya aku terbawa dalam arus pusaran kekcewaan. lalu bermetamorfosis menjadi kebahagiaan..

Kasih, aku sedang berbicara padamu tentang bagaimana janji itu menurut pandanganku, yang terbatas ini, yang dikotori prasangka, yang dihambat kebodohan, akhirnya menilaimu dengan sangat buru-buru dan mungkin ceroboh.. Sepertinya kita telah melupakan janji-janji itu!! (Next)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar