Kamis, 12 Juni 2014

TERIMA KASIH PAGI

"Terima kasih pada pagi,
yang kemudian datang membawah kabar berita sang surya..

Bahwa hari masih akan berlanjut,
beserta harapan-harapannya yang belum pupus..


Bukankah hidup ini adalah harapan itu sendiri?!


Setelah tirai sang malam tersingkapkan,
lalu awas menjadi tercerahkan..

Yang setenga mati lalu hidup lagi..
Yang lupa lalu mengingat kembali.. 


Menyingsingnya sang malam adalah tanda keteraturan..


Semua hal terus berubah,
materi bergerak,

dan jiwa menyempurna..


Selamat pagi bagi kabar-kabar baik..

Selamat datang hati yang belajar menerima.. 
Selamat bersyukur jiwa bersabar.. 
Selamat beristirahat mata yang lelah berjaga.."


Saat mata takunjung letih, lalu cahaya mulai menyiksa mata yang tak terbiasa..
Rumah Hijau..
Sepakat..

EKSTRIMSME


"..Iblis terpesona pada bentuk, dan lalai pada makna.. Api telah membuatnya merendahkan Tanah.. Pun ia lupa bahwa di balik lempung tanah yang rendah, ada wilaya yang tidak ia pahami.. Yaitu limpahan cahaya keberadaan dari Yang Maha Awal dan Akhir..

Berhala terbesar iblis adalah kesombongannya.. Keterpesonaannya pada bentuk, lalu menafikan potensi Adam, menyebabkannya terjebak pada kultus diri..

Demikianlah manusia mengulang perilaku iblis, dalam keterbatasan pengetahuannya menutup peluang kebenaran pula kebaikan ada pada yang lain, dan mengurung kebenaran hanya pada pahaman terbatasnya..

Seperti kata iblis "Aku adalah Api sedang Adam hanya tanah yang kotor..".."

Moga kita terlindungi dari sifat iblis yang ekstrim.. Moga cahaya kebenaran menunjuki kita jalan kebaikan serta kedamaian.. 

Kamis, 05 Juni 2014

FROM SEPAKAT WITH LOVE GOES TO CANGKE PART N.. (MAAFKAN, KALI INI SAYA TIDAK IKUT. hiks.. hiks..)

Oleh Hajir Muis..

Matahari terbenam menebar tirai mega jingganya ketika kapal katinting kami mulai merapat pada pulau tujuan. Masa itu dermaga masih dalam tahap perencanaan, kata kawan dermaga saat ini sudah rampung, itu kira-kira dua tahun setelah kisah ini aku tuturkan. Tidak perlu lagi berjalan berpuluh meter dari bibir pantai, sambil awas dengan bulu babi yang berserakan dengan kemungkinan besar kaki menginjaknya. Kata orang, tertusuk bulu babi itu menyakitkan. Kemudian benar saja, saat itu aku yang lebih dahulu mencicipinya. Namun entah mengapa? magis sang surya yang mulai terhijab tirai malam, serta hamparan pasir bersih, pepohonan pinus, aroma air laut, pohon cinta, api unggun, angin mamiri, gemintang di langit, gemuru ombak, nada gitar, nasi asin, bubur kacang ijo, bertemu daeng Abu dan isteri, semuanya menjadi sebab rasa sakit di kaki yang harusnya perih, baru terasa ketika kami kembali..

Ahhh. Kisah itu sudah lama berlalu, sama lamanya dengan tumbuhnya rambut sepanjang setengah meterku. Kira-kira tiga tahun silam, kami bersama, bagiku untuk pertama kali, bersenang-senang di pulau seukuran lima belas menit berjalan mengitarinya. Pulau yang letaknya lebih dekat dari kabupaten pangkep, kemudian kami capai setelah tiga jam mengarungi laut dari pelabuhan poatere makassar. Seingatku fobia laut dan ketinggian, sekali waktu hampir membuat aku kecil tercebur di pantai pare-pare. Kali ini aku malah berada di tengah samudera dengan palung-laung laut yang pasti sangat dalam, dapat saya ketahui dari perubahan warna permukaan laut, hitam pekat, kemudan hijau lumut, hingga biru gelap. Saat itu aku yakin lantai bumi berada dua-puluh meter di bawah kapal kami. Takut menyeruak, menegeskan hal medasar, kematian menghantui. Ditambah lagi pada saya yang memang tidak pernah belajar/tahu cara berenang, Lengkaplah sudah syarat untuk semakin cemas. Sekali lagi entah, seingatku, aku hanya bisa tersenyum puas, sambil mengumamkan doa dan rasa syukur, dalam kekaguman tak terbatas akan keluasan samudera ciptaan Yang Maha Luas. Sungguh takut itu hanya sebantar saja adanya. Angin laut yang menerpaku, air laut dari ombak yang dibelah perahu, membasahi wajahku. Rasa kecil di hadapan keluasan semesta Ilahi, saat ini, jauh setelah hari itu aku bersumpah, “Nikmat Tuhan mana yang dapat di dustakan?!”

Kisah kali ini adalah memori yang coba aku petik lagi hikmahnya, sebagian orang memisahkan masa lalu, sekarang dan masa depan, dari manusia itu sendiri. Bagiku kini bagi 'masa lalu' 'sekarang' dan 'masa depan', adalah manusia itu sendiri. Manusia tidak pernah berada di luar masanya. Sebagai makhluk manusia selalu ada bersama masanya (waktu), atau katakan saja waktu adalah hidup itu sendiri. Dengan jika demikian adanya, maka manusia tidak akan terjebak dalam determinisme sejarah, bahwa segala hal yang dilakukan manusia dalam hidupnya adalah pure paksaan dari mother nature.Jika hidup adalah sebuah keteterpaksaan, maka makna akan hilang, kebaikan akan absurd, kesempurnaan akan menjadi utopia.

Kami senang melakukan perjalan-perjalan, dasarnya selalu adalah untuk melihat hidup kami masing-masing lebih dekat!? Bukankah kita kadang bercermin pada diri manusia yang lain. Bukakankah kita sadar bahwa kita ada, karena menyadari keberadaan yang lain. Oh, perjalanan menyenangkan kami kadang membuat kami menjadi lupa diri, berhura-hura, hedon, pongga, hingga kadang zalim pada sesama, dan lebih sering pada diri sendiri. Lalu selalu saja ada di antara  kami yang menjadi alarm bagi yang lainnya, Kadang dia orang yang memang sadar dengan perannya, kadang datang dari siapa saja yang tak terduga, dalam bentuk celaan keras, singgungan, sanjungan bermotif, mengingatkan setiap diri yang terbawah arus kelupan, dalam hingar-bingar pesta ala kadarnya di bibir pantai. Yaa, saat itu pengingat itu datang dari keegoisan untuk mementingkan diri sendiri, umpatan yang tak sadar sebenarnya membumerang pada diri, dan tulisan bijaksana yang mengkritik sambil autokritik. Aku sungguh merindukan hal demikian!

Matahari terbit mengarah tepat ke wajah kami yang baru saja memulai membisakan diri, setelah rehat bernyanyi semalaman. Dengan cepat adik-adikku berlari menuju pantai yang megarah ke timur, arah kami bersandar dari makasaar. Tanpa pikir panjang menceburkan dirinya pada air laut yang masih pasang, namun tetap dalam kehangatannya. Saya yang tidak tahu cara berenang hanya bisa bermain-main air di bibir pantai, layaknya katak yang takut jauh-jauh dari darat. Hingga seorang teman mengajarkan bahwa kadar garam lalu akan memudahakan manusia untuk mengapung di permukaan, itu berarti akan memudakan pula untuk belajar berang. Benar saja, beberapa menit berlatih akhirnya saya bisa berbolak-balik puluhan meter jauhnya, sungguh menyenangkan.

Waktu bergulir dengan cepat, seperti perasaan ketika duduk di samping nona yang manis. Belum juga panci bekas memasak pagi tadi dibersihkan, waktu masak dan makan siang pula tiba. Kami memasak sepanci nasi, dan lauk dari telur, nugget, sarden, dan mi instan, yang kemudian sangat mengenyangkan kami. Dan akhirnya seperti ular yang kekenyangan, kami beristirahat sejenak di bawah pepohonan pinus rindang dengan cahaya bejatuhan dari sela-selanya. Desir suara ombak pantai pun surut makin menjauhkan bibir pantai berpuluh meter. Desirnya masih saja mendayu-dayu merayu kami untuk segera kembali bercumbuh dengannya. Alhasil beberapa dari kami melanjutan bermain air hingga lupa waktu. Saat itu saya memilih untuk bermain dengan bintang laut, dan mengisih botol bekas dengan berberapa jenis pasir untuk jadikan kenagan di rumah.

Senja mulai bersiap menganti tirai kegungan dengan tirai penjagaan. Kami lalu bergegas berpindah ke sisi sebelah dari pulau. Ahh, sayangnya awan sedang bercengkrama akrab dengan senja, hingga hanya cahaya oranye gelap yang berpendar dari dari sela-sela awan, pun perlahan menyingsing bersamaan dengan selesainya kata terakhir awan kepada sang senja. Kami tepat mengahadap kearah barat, bagi ummat muslim di berbagai negara, barat adalah identik dengan arah bangunan suci kuno yang pertama kali didirikan kembali oleh Ibrahim AS, setelah jauh sebelumnya dibangun oleh ayah manusia Adam AS. Arah pemersatu keragaman ras, suku, bangsa. Arah yang memungkin dan menjadi bukiti bahwa di tengah berbagai macam perbedaan, persatun dan kedamaian sangat dimungkinkan untuk terwujud.

Aku mengingat kembali, saat itu adalah awal pertama kalinya mulai membaca beberapa buku, salah satunya buku kang Jalal, Road To Muhammad, moga keberkan baginya yang bertekat menebar cinta kepada sang nabi suci beserta keluarganya. Pada sebuah pembahasan seorang ingin menghadikan sesuatu pada sang nabi, namun dia tidak punya apa-apa, ia sudah tua, ia berkerja menyapu dedaunan kering yang berjatuhan. Saran kang Jalal yang selalu saya ingat kepada orang tua itu, kenapa tidak setiap desiran sapu yang menyapu dedaunan disertakan salam salawat kepada kanjeng nabi, moga sekiranya nabi menjadi saksi atas kecintaan anda.. Ahhh. Ingin juga kiranya melakukan hal demikian, mungkin dengan cara yang berbeda, ingin di setiap perjalanan, di setiap tempat baru, di setiap kekaguaman pada ciptaan sang Khalik, ingin menghadiakan sebuah salam dan salawat bagi sang nabi. Walaupun nilainya hanya bagai debu dihadapannya. Bagaimana bisa bernilai, sedang Tuhan dan malaikat tak henti mencurahkan salawat bagi sang kemulian Ilahi ini. Demikianlah kesenangan lebih, mengapa kami begitu senang melakukan perjalanan.

Malam itu aku hanya berselimut selembar pasmina tipis pinjaman dari teman, anehnya dingin dari angin yang agak kencang, sama sekali tidak menembus ke dalam hangatnya tebal kebahgiaanku. Pagi menjelang, kapal katinting kami lebih awal bersandar ke bibir pantai, memanfaatkan pasang laut yang sedang tinggi-tingginya. Kami lalu bergegas mengemas barang-barang untuk segera kembali kerumah, tak lupa berpamitan kepada daeng abu dan istrinya, dan tentuhnya berfoto bersama dengan gaya terbaik. hahaha..



Hari ini, berhari hari lalu dari masa itu, kawan-kawan kembali melakukan perjalanan menyenangkan ke pulau yang tentu hati merindu padanya. Namun kali ini maafkan aku tidak ikut dalam rombongan yang penuh senyum sumringa. Tidak ada dalam frame rombongan keren, dengan kemeja khas pantai, kacamata mentereng, dan warna kulit yang terbakar (kalo aku mungkin jadi hangus). Kali ini aku ikhlas tanpa prasangka sekalipun, bahwa kawan-kawan tidak meninggalkanku. hahaha.. Moga doa keselamatan buat kawan-kawan semuanya, katanya kali ini robongan sangat ramai sekitar 38 orang. Moga kalian sehat dan selamat kembali kerumah tanpa kekurangan apa-apapun. Moga kalian pulang mengabari saya kisah-kisah seruh dan foto-foto narsis atau selfi yang tidak membuat cemburu! hahaha.. Namun kiranya kalian mendapat hikma, mungkin itu hal yang terbaik yang bisa kalian dapatkan. Semoga Tuhan membantu kita menyingkapkan hijab_Nya dan kemudian kita mendapat buah paling manis dari sebuah perjalanan, apapun itu.


Rumah Hijau_Sepakat

Setelah mengantar rombongan terakhir menuju Cangke..

Sabtu, 31 Mei 2014

MENJADI

Jangan khawatirkan daku kasih..

Aku hanya sedang mencintaimu.. 

Jika kamu bahagia, itu adalah hakmu..

Jangan kira aku akan mengangap kamu khianat..

Kasih, esok mungkin kita tak bersama.. 

Entah mengapa aku yakin kasih tak perlu padam..      

Demi mencintaimu akan aku bunuh hasrat dan hawa nafsu..

Kau akan selalu jadi kekasih..


ps: bagi beberapa orang yang mengalami 'cinta', ada kerumitan nan komleks terasa.. ada yang mengangapya beban, ada derita, ada musibah.. bagi sebagian lain yang belajar, cinta bukanlah sebuah motif dari semua itu.. cinta adalah motif yang mengerakan seorang pecinta menuju kesempurnaan Cinta..

Rabu, 28 Mei 2014

Bunda Fatimah AZ..

Oleh : Ummi - Haddad Alwi dan Sulis

Ummi yaa lahnan a'syaqohu
(Ibu, lagu yang paling kugemari)
wanasyidan dauman ansyuduhu
(irama yang selalu kudendangkan)
Fikulli makanin adzkuruhu
(di mana sahaja, aku mengingatinya)
wa-azhollu azhollu uroddiduhu
(selalu dan selalu aku nyanyikan...)
Ummi yaa ruuhi wa-hayati
(Ibu, wahai jiwaku dan hidupku)
yaa bahjata nafsi wamunaati
(pemberi kebahagiaan dan harapan)
Unsi filhadhiri wal-ati... 2x
(sekarang, juga di masa hadapan...)
Allohu ta'aala aushoni
(Allah memerintahkan aku)
fissirri walau fil i'laani
(dalam ku sendiri atau terbuka)
Bilbirri laki wal-ihsaani... 2x
(supaya bersikap membahagiakan terhadapmu,
dan mengasihimu...)
Ismuki manquusyun fi qolbi
(Namamu wahai ibu terpahat di hatiku)
Hubbuki yahdini fi darbi
(cintaku padamu membawaku ke jalan yang
benar)
wadu'a-i yahfazhuki robbiy... 2x
(dan doaku selalu, semoga Allah sentiasa
menjagamu...)


ps: Jika cinta ada sebuah rahasia, rahasia itu separuhnya tersembunyi di balik dirinya "Ibu dari Bapaknya.." kiranya ia yang disucikan Tuhannya menjadi saksi bagi ummat yang mencintai Ayahnya sang Nabi mulia, besertanya sang penghulu perempuan di surga, serta keluarganya yang suci-sesuci-sucinya... 

Minggu, 18 Mei 2014

Menggugat Cinta..

Padamu yang menggugat cinta,
kau datang lagi padaku dengan wajah berhias suram-durja. 
Apa dunia sekali lagi menyakiti dirimu?
atau cinta menyayat hatimu? 
Apakah begitu adanya arti sebuah cinta?
 Sakit.. sakit.. dan sakit.. 
oh.. sungguh tidak demikian kasihku... 
Percayalah bahan dasar kita adalah cinta..
 hidup kita adalah cinta..
 dan takdir kita adalah cinta..
 hanya saja mata kita terlalu sibuk dalam ketakutan dan kebodohan untuk menyingkapnnya..
 Mohonlah bantuan dari cinta untuk mengenalinya..
 hanya cinta yang mengenal cinta..
 maka kenalilah cinta dengan cinta...

Sabtu, 05 April 2014

KASIH (TANPA PERLU SYARAT)..

Ini seperti ketika yang telah aku ketahui..
Saat hatiku terpesona, seperti saat yang silam..
Kadang aku membendungnya, namun tidak kali ini..
Kasih yang lembut, sungguh aku menikmati ..

Manisku..


Biarkan aku mencintai dalam diam, tanpa kata, mimik, gestur, dan bahasa..
Biarkan aku merindukanmu tanpa pertemuan, tanpa pengharapan, tanpa kau tahu aku demikian..
Biarkan dirimu bebas mencintai, agar aku tak perlu  mengurungmu dalam penjara harapku dan lalu kau merdeka menjalani hidupmu..
Biarkan mengalir seperti aliran sungai-sungai pedesaan yang tak tercemari..

Kasihku..

Kita bermesraan, tanpa bersama, tanpa pelukan..
Kita saling mencintai dalam Cinta..
Kita kekasih tanpa perlu syarat..

Minggu, 30 Maret 2014

Senyum sang Bulan..

"Bulan tersenyum sumringga..
Warna jingganya memancarkan keanggunan..
Itu indah..
Yang memandang lalu menjadi bahagia..
Namun ada yang beribu kali lebih indah dari itu, yaitu senyuman bahagia anak manusia..
Seorang yang berilmu pernah berkata, 'kebaikan adalah memasukkan rasa bahagia pada hati orang lain'..
Kalo memang kebahagiaan adalah indah, itu adalah yang semua manusia cari..
Lalu mengapa manusia saling menuduh, mempersalahkan, memfitna, merampok, membunuh, despotis, korup, menyiksa, mengafirkan orang lain..
Sedangkan semua itu sedikitpun tidak akan mendatangkan kebaikan dan mana mungkin kebahagiaan..
Manusia masih akan terkagum pada rembulan yang meronah jingga atau merah, namun anehnya asing pada senyuman manis dari hati yang bahagia.."

Sabtu, 29 Maret 2014

Antara-Antara..

Aku di antara keramaian dan sepi..
Aku di antara histeria dan perenungan..
Aku berada dalam teror dan kedaimaian..
Aku berada dalam nyanyian dan kerinduaan..

Gemintang berbinar tak terhalang kelabu..
Lampu-lampu jalan temaram menemani mata tak tahan gelap..
Parang tak bersarung diangkat sang jalang, membunuhi, meneror sesiapa saja..
Jalan raya diterobos melawan arah, atas tak tahu apa alasannya? Djago mungkin!

Aku bernyanyi 'di mana aku di sini?'..
Aku mendengar 'lost' Morrissey..
Ada juga dangdud koporol!
Ada juga samar bisik rintihan pendoa..

Aku mungkin berada di 'antara' 'antara' tapi aku tidak hilang di sini.. Aku hanya sedang dalam damainya rindu.. Jasad dan tubuhku ada di sini bersama gaduh, histeria, dan nada- nada harmoni.. Namun semesta berbaik hati, disampaikannya doa-doaku bagi mereka yang terkasih, tersenyum, terindu.. Tak ada yang hilang disini, selain jiwa mereka yang tertinggal di rumah mereka.. Yang ada hanya jasad berkeliaran menyalahi hukum rantai makanan.. Tarian-tarian, teriakan-teriakan yang menghilangkan mereka sepenuhnya, sebut saja alienasi....

Hanya mengasihimu, merindukanmu, mendoakanmu, satu-satunya pilihan yang ada dalam "riuh dan rendah" ini.. Membunuh, cemburu, membenci, dendam bukanlah pilihan lain.. Semesta yang indah ini mengajarkan kita demikian..
 
Jangan sangka rindu ini menyiksa.. Tidak! Itu tanda fitrahNya.. Itu tanda kita, tanda kita manusia..
Jangan sangka rindu ini jalan yang sepih.. Tidak! Aku malah ramai dalam kesibukan mendoakan.. Rindu dan kasih ada agar kita manusia saling mendoakan pada kebaikan-kebaikan, lalu kasih-mengasihi, sayang-menyayangi..

Ps: saat suara-suara tak urung berganti tenang..

Maret yang bijaksana..

"Maret selalu punya kenangan.. Sudah tiga maret kita masih setia singgah di tempat ini.. Kuingat pada maret terakhir, kaki-kaki kita saat itu sedang rapuh.. Kau sesekali bahkan merintih kesakitan.. Namun kau tetap pesakitan yang mudah tersenyum..

Hatimu terlalu jujur, tak bisa menyembunyikan bahwa kau memang cinta laut biru.. Kita lalu menikmati semilir angin sepoi-sepoi dan suara deruh ombak yang berlari-larian, saling kejar-kejaran.. Sambil menunggu persembahan terakhir pemilik magis, tirai Jingga di ufuk panorama.. hmmm.. Selalu saja bisa memanjakan mata kita..

Tetiba saja serentak kita berucap syukur, dan merapalkan kalimat kesukaan, "Maka nikmat Tuhan mana yang bisa kita dustakan??" kita lalu saling melempar senyum bahagia.. Saat ini maret ketiga, belum juga kaki-kaki kita kokoh.. pun kita tidak menyerah dan kalah.."

Ps: Bagaimanapun tidak baiknya kondisi kita.. Apapun yang kita hadapi.. Tetaplah tersenyum, tentu setelah hati kita bersihkan.. Moga mata hati kita terbuka, lalu kita melihat tidak dengan prasangka.. Damai dan berbahagialah.. 
(^_^)V

Jumat, 28 Maret 2014

Aku Belajar Cinta Darinya.. Guru yang sederhana..

"Kalo ditanya kenapa saya tertarik belajar tentang cinta? Itu karena seorang kakak yang baik hatinya memberikan saya buku.. Buku pertama yang saya baca saat memulai perkuliahan setebal kebahagiaan, judulnya Road To Muhammad.. Lembar-lembar ku buka hingga ku baca satu bagian tentang belajar mencinta.. Saat itulah saya merasa belum mengenal cinta dengan baik.. Sekiranya kamu ingin belajar, silahkan bacalah tulisan beliau ini.. Moga kamu bisa mengambil hikma darinya.. Sekiranya kamu berkenan kirimkanlah doa kalian padanya, apapun agama kalian.. Moga keberkahan pula bagi kalian.. (^_^)V" 
Yang mengasihi dan dikasihi..
 Hajir Muis..

BELAJAR MENCINTAI
Oleh: Ust. Jalaluddin Rakhmat...

Dalam buku The Art of Loving, atau Seni Mencinta, Erich Fromm menulis bahwa para manusia modern sesungguhnya adalah orang-orang yang menderita. Penderitaan tersebut diakibatkan karena kehausan mereka untuk dicintai oleh orang lain. Mereka berusaha keras melakukan apa saja agar dapat dicintai. Anak-anak muda akhirnya terjerumus ke dalam pergaulan bebas karena mereka ingin dicintai dan diterima oleh kawan-kawan sebayanya. Para istri berjuang untuk menguruskan tubuh mereka agar dicintai oleh para suami mereka. Para politisi tidak segan-segan berdusta dan menipu orang agar dicintai oleh para pemilih dan pengikut mereka.

Yang dilakukan oleh manusia modern adalah upaya untuk dicintai, bukannya upaya untuk mencintai. Dalam dunia modern, kita menemukan bahwa semakin keras manusia berusaha untuk dicintai, semakin sering pula mereka gagal dan dikecewakan. Adalah sangat sulit untuk memperoleh kecintaan seluruh manusia. Kecintaan semacam ini adalah tujuan yang takkan pernah bisa dicapai karena selalu saja ada orang yang membenci orang yang lain. Manusia selalu dikelilingi oleh dua jenis orang; yang mencintai dan yang membenci dirinya.

Oleh sebab itu, manusia modern mengalami gangguan psikologis karena kegagalan untuk dicintai. Buku The Art of Loving mengisahkan para istri yang akhirnya harus mengisi malam-malam mereka dengan tangisan dan penderitaan karena tak kunjung memperoleh cinta suami mereka. Pada satu bagian dalam buku itu, Fromm menulis: “Mungkin sudah waktunya kita beritahu mereka untuk belajar mencintai.”

Hal ini mengingatkan saya akan buku lain yang berjudul The Mismeasures of Women, atau Kesalah-ukuran Perempuan. Buku ini bercerita bahwa sepanjang sejarah, kecantikan wanita itu diukur bukan oleh wanita itu sendiri, melainkan oleh kaum lelaki. Pernah pada satu masa, yang disebut sebagai wanita jelita adalah perempuan yang bertubuh gemuk. Lukisan-lukisan di zaman Renaissans menggambarkan wanita-wanita telanjang dengan berbagai gumpalan lemak di tubuh mereka. Pada zaman itu, perempuan berusaha menggemukkan tubuhnya dengan obat-obatan, yang terkadang amat berbahaya, agar dianggap rupawan dan dicintai lawan jenisnya.

Lalu datanglah satu masa ketika seorang perempuan disebut cantik bila tubuhnya kurus kering. Dunia kecantikan internasional pernah mengenal seorang model ternama yang disebut dengan Miss Twiggy, Nona Ranting. Perempuan cantik adalah mereka yang bertubuh seperti ranting kayu, tinggi dan langsing. Seluruh perempuan di dunia kemudian berlomba-lomba menguruskan tubuhnya dengan menahan nafsu makan dan melaparkan diri. Mereka melakukan puasa yang khusus dijalankan untuk memperoleh kecintaan lelaki; mereka menyebutnya diet.

Jika target kita dalam hidup ialah untuk memperoleh kecintaan sesama manusia, kita akan selalu menemui kekecewaan. Hal ini disebabkan karena kecintaan makhluk itu bersifat sangat sementara atau temporer. Dalam Manthiq Al-Thayr, atau Musyawarah Para Burung, Fariduddin Attar berkisah tentang kelompok para burung yang tengah mencari imam mereka. Burung-burung itu memilih Hudhud sebagai pemimpin karena ia dianggap burung yang paling kaya akan pengalaman.

Hudhudlah yang menjadi penyampai pesan dari Nabi Sulaiman kepada Ratu Bilqis dan Hudhud pulalah yang menjadi utusan Nabi Nuh untuk mencari sebidang daratan kering ketika sebagian dunia yang lain dilanda air bah. Meskipun seluruh burung meminta Hudhud menjadi pemimpin mereka, Hudhud tetap berkeberatan. Ia malah berkata, “Sesungguhnya pemimpin kalian berada di Bukit Kaf, namanya Simurgh. Ke sanalah kalian pergi menuju.”

Hudhud lalu menggambarkan keindahan Simurgh sedemikian rupa sehingga para burung yang lain jatuh cinta. Para burung pun memohon agar Hudhud mau mengantarkan mereka ke hadapan Simurgh. Namun sebelum mengajak mereka ikut serta, Hudhud terlebih dahulu menceritakan beratnya perjalanan yang harus ditempuh untuk menuju Simurgh. Setelah mendengar betapa sukarnya jalan yang akan dilalui, sebagian besar burung mengurungkan niatnya.

Burung Bulbul mengajukan keberatannya, “Aku mencintai Simurgh dan ingin menjumpainya, namun sekarang ini cintaku telah terpatri kepada setangkai bunga mawar. Jika kupikirkan tentang kelopak mawar yang merekah, kurasa aku tak perlu lagi berpikir akan Simurgh. Cukuplah bagiku keindahan mawar itu. Kuyakin sepenuhnya mawar itu akan selalu megembangkan putik-putik sarinya karena kecintaannya jua kepadaku. Aku tak bisa hidup bila harus meninggalkannya. Aku tak mau hidup bila tak dapat lagi memandang rekahan mawar itu.”

Lalu Hudhud berkata, “Ketahuilah, kecintaan kamu terhadap mawar itu adalah kecintaan yang palsu. Janganlah engkau terpesona akan keindahan lahiriah. Mawar hanya merekah di musim semi. Begitu tiba musim gugur, mawar akan menggugurkan kelopaknya. Ia akan menertawakan cintamu….”
Melalui kisah ini, Fariduddin Attar mengajarkan bahwa sesungguhnya kecintaan makhluk itu adalah sementara. Seorang istri, yang berusaha keras untuk meraih cinta suaminya, akhirnya akan menemukan bahwa cinta suaminya itu datang dan pergi. Suaminya tak mencintai ia untuk sepanjang masa. Ada masa ketika cinta suaminya berkurang atau bahkan hilang sama sekali. Demikian pula sebaliknya, seorang suami tak akan memperoleh cinta yang kekal dari istrinya. Kecintaan manusia takkan pernah ada yang abadi.

Seorang mubaligh tidak boleh berceramah untuk mencari kecintaan jemaahnya. Tuhan akan menguji para mubaligh dengan menarik kecintaan dari para jemaahnya. Bila kita amati kehidupan para imam ahlul bait as, kita pun akan menemukan bahwa pada umumnya mereka dikhianati oleh para pengikutnya sendiri. Imam Ali kw dibunuh oleh seorang khawarij yang semula merupakan jemaahnya; Imam Hasan as dikhianati oleh para pengikutnya sendiri; dan Imam Husain as dibunuh oleh salah seorang yang sebelumnya mengirimkan surat berisi dukungan kepadanya.

Menurut Erich Fromm, para mubaligh pun adalah manusia-manusia modern yang tertipu. Mereka berusaha keras mencari kecintaan dari sesama manusia. Boleh jadi, mereka berhasil mendapatkan cinta tersebut. Tetapi keberhasilan itu hanyalah sementara. Dalam khazanah tabligh Indonesia, selalu ada mubaligh populer yang muncul ke permukaan dan memperoleh cinta dari jutaan umat. Namun sedikit demi sedikit, ia akan tenggelam dan ditinggalkan oleh umatnya. Kita tak akan pernah bisa dicintai secara terus menerus oleh sesama manusia.

Demikian pula halnya dengan para artis, mereka berusaha untuk mendapatkan cinta fans mereka. Mereka mengatur tingkah laku dan penampilan agar sesuai dengan selera pasar. Tetapi pada akhirnya, mereka pun akan mendapatkan kekecewaan yang mendalam ketika para fans beralih untuk mencintai artis lain yang lebih muda dan lebih cantik. Penderitaan manusia modern diakibatkan oleh keinginan untuk dicintai sesama manusia. Akibatnya, kita akan dirundung oleh kekecewaan demi kekecewaan.

Sebagaimana dikatakan oleh Fromm, yang bisa dilakukan untuk menyembuhkan penyakit itu adalah dengan belajar mencintai. Kebahagiaan hidup kita tergantung kepada apa yang kita cintai. Kebahagiaan tak dapat diperoleh dengan dicintai. Akan tetapi di dalam wacana pengetahuan modern, kita menemukan sedikit sekali literatur yang berisi pelajaran untuk mencintai. Buku-buku mutakhir mengajarkan kita akan kiat-kiat untuk dicintai. Datanglah ke sebuah toko buku, Anda akan menemukan banyak sekali buku yang ditulis yang berisi tentang kiat-kiat agar dicintai oleh lawan jenis, atasan, atau rekan-rekan di tempat kerja. Selama ini kita diajari bahwa proses mencintai itu bukanlah proses pembelajaran, melainkan proses “kecelakaan”. Kita mengenal istilah “jatuh cinta” atau fall in love, bukannya “belajar mencinta” atau learn to love. Disebut “jatuh” karena kita menganggap mencintai sebagai suatu kecelakaan yang tidak direncanakan sebelumnya.

Untuk mampu mencintai, kita harus mulai belajar dari mencintai makhluk Allah; dengan mencintai pasangan kita, anak-anak kita, ataupun kendaraan kita. Itulah pelajaran mencintai tahap dasar, pelajaran cinta dalam tingkatan yang paling awal. Cinta semacam itu adalah cinta yang dimiliki oleh anak-anak kecil. Mereka selalu mencintai hal-hal yang bersifat kongkrit atau lahiriah. Kita harus mengembangkan kepribadian kita ke tingkat yang lebih baik agar kita tak hanya terjebak untuk mencintai hal-hal yang kongkrit saja. Di saat itulah kita dapat menempuh pelajaran yang lebih tinggi.

Selanjutnya kita harus berusaha untuk mencintai hal-hal yang lebih abstrak. Sebuah hadis yang amat kita kenal meriwayatkan sabda Nabi Muhammad saw, “Cintailah Allah atas segala anugerah-Nya kepadamu, cintailah aku atas kecintaan Allah kepadaku, dan cintailah keluargaku atas kecintaanku kepada mereka.”
Dalam hadis ini Rasulullah saw menurunkan tiga kecintaan; kepada Allah swt, Rasulullah swt, dan ahlul bait Nabi. Rasulullah saw juga ingin mengajarkan kepada kita untuk meninggalkan kecintaan kepada hal-hal kongkrit dan menuju kecintaan kepada hal yang abstrak.

Dalam Ihya Ulumuddin, Al-Ghazali menyatakan adalah sebuah kebohongan besar bila seseorang mencintai sesuatu tetapi ia tidak memiliki kecintaan kepada sesuatu yang lain yang berkaitan dengannya. Al-Ghazali menulis; “Bohonglah orang yang mengaku mencintai Allah swt. tetapi ia tidak mencintai Rasul-Nya; bohonglah orang yang mengaku mencintai Rasul-Nya tetapi ia tidak mencintai kaum fuqara dan masakin; dan bohonglah orang yang mengaku mencintai surga tetapi ia tidak mau menaati Allah swt.”

Semua itu pada hakikatnya mengajarkan kita untuk mencintai hal-hal yang bersifat abstrak. Nilai tasawuf yang paling penting adalah kecintaan kepada Allah swt. Mulailah kita belajar mencintai Allah dengan mencintai Rasul-Nya dan belajar mencintai Rasul-Nya dengan mencintai ahlul bait Nabi. Bila kita ingin berhasil mencintai ahlul bait Nabi, belajarlah dengan mencintai kaum fuqara dan masakin.

Jika kita telah mampu belajar mencintai Allah swt, Rasul-Nya, ahlul bait, serta kaum fuqara dan masakin, maka hal itu telah cukup menjadi bekal bagi kita, dibandingkan dengan seluruh dunia dan segala isinya.

BERSIAP UNTUK BAHAGIA...



“Pada akhirnya ia harus tersenyum puas.. Dihampirnya oleh kabar-babar dari penjuru bumi, kabar bahagia dari mereka yang terkasih.. Tak ada lagi alasan baginya untuk tidak besyukur.. Sungguh Tuhan telah mengabulkan bait-bait doanya yang bahkan tak sempat terucap..”

Prolog

Di sudut kamarnya ia duduk menatap masa depan dari masa lalunya yang sekonyong-konyongnya membuat ia tersenyum. Kenangan yang tetiba saja tumpah-ruah, memberinya jawaban atas apa yang sedang ia pikirkan. Belakangan ini ia banyak bertemu dengan teman-teman dari masa lalu, yang ia tahu betul bahwa ia merindukan mereka. Masa perkuliahan telah memisahkan mereka sedari  lulus sma, ada pula sedari madrasah, dan bahkan sejak masa taman kanak-kanak. Banyak dari mereka datang dengan membawah kisah-kisahnya masing-masing, membuat wajah mereka berseri-seri ketika menceritakannya. Ada pula yang masih santun seperti pada masa-masa kala mereka remaja, tidak banyak berubah. Ada yang biasa-biasa saja tanpa cerita. Ada pula yang semakin angggun dalam bahasa dan perangainya.

***

Dahulu ia berfikir bahwa bahagia adalah kumpulan kerumitan, tantang, lawan, yang harus dipecahkan, ditaklukkan, dikalahkan. Lalu ia menjalani hidup dengan ketakutan itu, walhasil seperti itulah yang terjadi dalam kehidupannya. Kebahagiaan merupakan sesuatu yang begitu sulit untuk ia temukan dan lalu ia menjadi kebinguan. Lalu ia melihat kepada orang-orang di sekelilingnya, maka ditemukannya hal yang sama berlaku pada mereka. Ini membuatnya semakin yakin bahwa kebahagiaan terlalu abstrak bahkan hampir-hampir saja tidak mempercayainya.

Suatu ketika di taman kota seorang teman lalu datang menghampirinya, membawakannya sepotong coklat, setelah dibagi-bagikannya. Dimakannya coklat itu dengan perlahan, maka dirasakannya manis yang menyenanugkan saat coklat itu melebur di mulutnya. Hingga ia menghabiskan coklat yang hanya sepotong itu, rasa manis itu lalu hilang dari mulutnya. Namun entah mengapa tubuhnya menangkap rasa yang nyaman dari sekujur tubuhnya, lebih dalam lagi, dirinya, jiwanya. “Apakah ini karena coklat itu?” tanyanya dalam hati.

Setelah kegundahannya hilang, sekali lagi diperhatiakannya keadaan sekeliling. Teman sejawatnya yang lama ia tak jumpai, yang memberinya sepotong coklat, sedang asik berbincang-bincang dengan orang di sebelahnya. Sepertinya mereka baru saja berkenalan setelah memberiakannya sepotong coklat juga. Rasa nyaman masih menjelajar ditubuhnya masih saja ia nikmati. Didapatinya orang-orang tersenyum dari seberang jalan yang sedang bersama anaknya, saling bercengkarama sambil menikamati kembang gula mereka. Ia semakin tertarik tertarik dengan senyuman itu, apakah kembang gula yang membuat mereka tersenyum puas? lalu membuat aku tak bisa menahan untuk tersenyum juga!

Teman itu lalu berpaling kepadanya dan mengatakan mengapa kamu tersenyum sendiri? Sambil meralat tanyanya! lalu menimpalinya, “Yah.. memang bahagia itu sederhana” sambil tersenyum. Ia lalu berfikir kembali dan menemukan jawab yang dicarinya! Bahwa yang membuat mereka tersenyum bukan karena coklat atau kembang gula, mereka tersenyum karena mereka bahagia, dan mereka bahagia karena mereka saling mengasihi. Coklat yang diberikan sahabatnya tetiaba saja membuatnya bahagia, tanpa perlu ia pikirkan lagi, hal itu adalah bentuk perhatian sederhana dari temannya, yang spontan saja membahagiakannya.

"Bulan tersenyum sumringga.. Warna jingganya memancarkan keanggunan.. Itu indah.. Yang memandang lalu menjadi bahagia.. Namun ada yang beribu kali lebih indah dari itu, yaitu senyuman bahagia anak manusia.. Seorang yang arif pernah berkata, 'kebaikan adalah memasukkan rasa bahagia pada hati orang lain'. Kalo memang kebahagiaan adalah indah, adalah yang manusia cari.. lalu mengapa manusia saling menuduh, mempersalahkan, memfitna, merampok, membunuh, despotis, korup, menyiksa, mengafirkan orang lain.. sedangkan semua itu sedikitpun tidak akan mendatangkan kebaikan dan mana mungkin kebahagiaan.. Manusia masih akan terkagum pada rembulan yang meronah jingga atau merah, namun anehnya asing pada senyuman manis dari hati yang bahagia.."


Kebahagian adalah hal yang sangat sederhana, manusia yang merumitkannya. Kebahagian pula lahir dari hal-hal yang sangat sederhana. Lihatlah senyum seseorang, itu akan memicumu menjadi tersenyum pula. Berikan perhatian kecil pada siapa saja, maka ia akan tersipuh bahagia. Bersyukurlah dengan apa yang kamu miliki, maka kamu akan merasa cukup. Bahagia menjadi rumit karena manusia mencoba merubahnya menjadi sebuah permainan yang harus dipecahkan, sebuah kasus yang harus diselidiki, atau musuh yang harus ditaklukkan. Padahal bahagia itu dekat bahkan tidak terpisah dari diri kita. Kita hanya perlu membersihkan pikiran dan perasaan kita dari hal-hal yang membuatnya merumit.

Epilog

Pertemuan dengan teman-temannya kini membuatnya bahagia. Mereka membawa kabar bahagia masing-masing dari mereka. ada yang telah berhasil dalam karir, ada yang telah mampu menjadi orang tua yang baik, ada yang telah saling menemukan jiwa masing, ada yang masih terus-menerus belajar dalam rantauaannya, ada yang berjuang untuk hidupnya, ada yang tetap bersyukur dalam kesusahan yang kita anggapakan baginya, ada yang semakin alim dengan ilmunya, ada yang semakin arif dengan hidupnya. Apa yang kini ia rasakan sambil membuka lembaran-demi-lembaran kenangannya, bahwa dulu ia selalu berharap bahwa semoga saja, orang-orang yang di kasinya selalu dalam limpahan karunia berkat Tuhan yang maha baik. Tuhan lalu mengabulkannya, sekarang apa yang bisa ia lakukan selain bersyukur? Tentu saja ia akan bersyukur. Yang ia lakukan sekarang adalah membunuh semua dengki, cemburu, riya, sirik, dan semua yang merumitkan kebahagian bahkan menghabisi kebahagian itu. Jika sekarang ia ditanya, bagaimana kabarnya? Jawabnya bahwa, “Ia sedang berbahgia.”   

"Selalu senang mendapatkan kabar baik dari mereka.. Ditunggunya kabar bahagia mereka dari penjuru bumi.. Maka berbahgia karena tugas kita adalah bersyukur dan bahagia..  Mereka yang punya kasih di dadanya, berjuang menjaga agar tidak saling menzalimi.. Pagi ini dapatinya surat lawas mereka para pejuang kasih.. Begitu mesrah mereka  berkata dalam diam, terus belajar saling mengasihi.. Apa yang bisa dilakukannya selain mendoakan mereka?? Moga pelita harapan menunjukan jalan pada mereka.. Harapnya janganlah bersedih dan mudah putus asa.. Jika kalian memang tulus, jangan rusak apa yang kalian satukan.. Rawat hingga tetap hidup dan memekarkan bunga kebahagiaan.. moga damai mereka yang mendambah kedamaian......"

PS: Tulisan ini belum selesai.. Doakan sehat selalu, agar sempat merampungkannya..

Kamis, 27 Maret 2014

Aku belajar dari hujan bulan juni..

Oleh Sapardi Djoko Damono

HUJAN BULAN JUNI
 
tak ada yang lebih tabah
dari hujan bulan juni
dirahasiakannya rintik rindunya
kepada pohon berbunga itu


tak ada yang lebih bijak
dari hujan bulan juni
dihapusnya jejak-jejak kakinya
yang ragu-ragu di jalan itu


tak ada yang lebih arif
dari hujan bulan juni
dibiarkannya yang tak terucapkan
diserap akar pohon bunga itu

1989
(Hujan Bulan Juni  – hal. 90)

 *****

AKU INGIN
 
Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
      dengan kata yang tak sempat diucapkan
      kayu kepada api yang menjadikannya abu

Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
      dengan isyarat yang tak sempat disampaikan
      awan kepada hujan yang menjadikannya tiada...



Dua puisi ini adalah di antara tiga puisi yang saya nikmati dari buku puisi "Hujan Bulan Juni".. Mungkin karena kesedehanaannya dan kedalaman makna yang universal.. ^_^

Kisah yang biru..


Basahi dada yang kering..

"Mendung terpajang sedari tadi..
Awan pun makin gelap..
Namun mengapa hujan tak urung datang..
Harapku hujan turunlah walau sejenak..
Biar legah isi dada.."


Harapnya hujan mengerti..

"Ia hanya menangis, berjalan, tak bersuara..
Langkahnya meyapu dedaunan pagi..
Dengan luka dan lengkung bibir sayu...
Sayang! Belum juga hujan turun.."


Rumah singgah..

"Setiap tempat adalah rumah para musafir..
Tempat ini sudah seperti rumah..
Musafir mana yang tidak sedih meninggalkan rumah.."

Kisah Rindu..

  
 Jan, 30
"Maaf saya sedang keluar.. Bermesraan dengan sahabat lama.. Kerinduaan.."

Feb, 10
"Ingin melepas rindu dengan mentari.. Lalu berlomba bersama pagi.. Ia selalu mujarab untuk gelap ini.."

Feb, 13
"Sederhana rapalan sajak itu.. Trima kasih.."

Feb, 15 
"Semua belum selesai.. Malam pun lalu datang beserta lelah.. Kasih pejamkanlah matamu.. Agar tak tertinggal kesedihan pula kerinduaan.. Esok pagi kita akan memulainya lagi.. Berkasih, berindu, berbahagia.. Bermesraan dalam kata tanpa nada, dalam diam.."

feb, 18
"Rindu lalu mengakar dan mekar.. Setelah cinta kasih ditanam dalam dada.. Ia akan bersyukur dalam basah dan kekeringan.."

feb, 19
"Aku jatuh hati.. Moga ini bukan nafsu.. Pun aku  menjadi melankolis dan banyak rindunya.."

Feb, 21
"Kudengar suara angin malam.. Aku menyukainya, terdengar suaramu sayup.. Kamu selalu saja lembut.."

 Feb, 24
"Menyelam dalam lamunanku.. Kutemukan kau menyambutku dengan tubuh penuh luka, dengan bibir melengkung keatas bak sabit.. Kudapati kau dalam kesendirian namun nampaknya kamu tak kesepian.."

Feb, 24
"Terlalu sering ia mengungkap rahasia malam.. Berapa puluh pagi ia lewatkan.. Mentari lalu marah dan meminta tumbal darah.. Darah yang kental..  Darah yang selalu jaga.. Darah yang kasmaran.. Ia tumbang sambil merapalkan mantra pada dinding.. 'aku mengasihi mu'.. Terpatri dengan tinta merah.."

ps: Selamat beristirahat sang malam.. Selamat bersenang-Senang duhai mentari.. Moga segera kita bertemu;.."

Feb, 25
"Hatinya merindu, namun ia tetap bahagia.. Lalu doa ia rapalkan.. Berharap kebaikan bagi terkasih.. Ia sedang belajar mencintai.."

Feb, 29 
"Tanah menjadi basah.. Udara menjadi dingin.. Hidup tidak bisa selalu kering.. Jangan biarkan hati membara terbakar amarah.. Nikmati yang coklat dan putih.. Syukuri hidup yang hijau dan biru.."

Mar, 04
"Maaf aku pamit lagi.. Jika kamu mencariku, aku sedang merindu.. Kita tidak sedang mempersiapkan diri untuk 'mati' dalam rindu.. Denganya malah kita menjadi merasa hidup.. Cukup aku ketahui, kamu sedang berbahagia, bermain bersama teman, membaca, menulis, belajar, dan sehat.. Lalu aku akan semakin rindu padamu, aku akan mendoakanmu lalu bersyukur.."
 
#Bagian Kepulangan

Mar, 13
"Semoga kemanapun kita melangkahkan kaki-kaki kecil.. Tujuaan kita adalah kebaikan, pengetahuaan, dan kesempurnaan.. Moga setiap tempat yang kita tinggalkan tertorehkan damai dan kerinduaan.."

Mar, 18
"Karena di hati kita ada cinta kasih.. Kita tidak akan pernah berhenti untuk saling mendoakan.. Keselamatan, keberkahan, kebahagiaan moga tercurah bagi kita.."


Pss: Moga potongan kisah rindu ini segera aku tuntaskan..

Kisah Ada dan Waktu..

Ada dan waktu.. 
Ini sebuah kisah tentang pertemuan dan perpisahan..
Kamu jangan takut ini akan menyedihkan..
Kamu hanya belum terbiasa..

Ada dan waktu..
Pertemuan selalu bersama perpisahan..
Kita hanya saling meninggalkan kesan..
Anggap saja itu sebuah pesan..
Karena pada waktunya aku tak akan berkata apa-apa.. 

Ada adalah waktu..
Moga kamu mengerti kisah ini..
Pun jika tidak, aku memang tidak memaksamu untuk paham..
Anggap saja ini katarsisku..

Ada adalah waktu..
Seperti awal perbincangan ini..
Kita telah bertemu..
Namun kita juga telah berpisah..
Anehkan?
Karena begitulah waktu "ada"..





Ps: Moga pembaca yang budiman tidak mengerutkan keningnya.. Doakan saya sehat selalu, moga sempat, saya akan ceritakan sajak ini...