Jumat, 28 Maret 2014

BERSIAP UNTUK BAHAGIA...



“Pada akhirnya ia harus tersenyum puas.. Dihampirnya oleh kabar-babar dari penjuru bumi, kabar bahagia dari mereka yang terkasih.. Tak ada lagi alasan baginya untuk tidak besyukur.. Sungguh Tuhan telah mengabulkan bait-bait doanya yang bahkan tak sempat terucap..”

Prolog

Di sudut kamarnya ia duduk menatap masa depan dari masa lalunya yang sekonyong-konyongnya membuat ia tersenyum. Kenangan yang tetiba saja tumpah-ruah, memberinya jawaban atas apa yang sedang ia pikirkan. Belakangan ini ia banyak bertemu dengan teman-teman dari masa lalu, yang ia tahu betul bahwa ia merindukan mereka. Masa perkuliahan telah memisahkan mereka sedari  lulus sma, ada pula sedari madrasah, dan bahkan sejak masa taman kanak-kanak. Banyak dari mereka datang dengan membawah kisah-kisahnya masing-masing, membuat wajah mereka berseri-seri ketika menceritakannya. Ada pula yang masih santun seperti pada masa-masa kala mereka remaja, tidak banyak berubah. Ada yang biasa-biasa saja tanpa cerita. Ada pula yang semakin angggun dalam bahasa dan perangainya.

***

Dahulu ia berfikir bahwa bahagia adalah kumpulan kerumitan, tantang, lawan, yang harus dipecahkan, ditaklukkan, dikalahkan. Lalu ia menjalani hidup dengan ketakutan itu, walhasil seperti itulah yang terjadi dalam kehidupannya. Kebahagiaan merupakan sesuatu yang begitu sulit untuk ia temukan dan lalu ia menjadi kebinguan. Lalu ia melihat kepada orang-orang di sekelilingnya, maka ditemukannya hal yang sama berlaku pada mereka. Ini membuatnya semakin yakin bahwa kebahagiaan terlalu abstrak bahkan hampir-hampir saja tidak mempercayainya.

Suatu ketika di taman kota seorang teman lalu datang menghampirinya, membawakannya sepotong coklat, setelah dibagi-bagikannya. Dimakannya coklat itu dengan perlahan, maka dirasakannya manis yang menyenanugkan saat coklat itu melebur di mulutnya. Hingga ia menghabiskan coklat yang hanya sepotong itu, rasa manis itu lalu hilang dari mulutnya. Namun entah mengapa tubuhnya menangkap rasa yang nyaman dari sekujur tubuhnya, lebih dalam lagi, dirinya, jiwanya. “Apakah ini karena coklat itu?” tanyanya dalam hati.

Setelah kegundahannya hilang, sekali lagi diperhatiakannya keadaan sekeliling. Teman sejawatnya yang lama ia tak jumpai, yang memberinya sepotong coklat, sedang asik berbincang-bincang dengan orang di sebelahnya. Sepertinya mereka baru saja berkenalan setelah memberiakannya sepotong coklat juga. Rasa nyaman masih menjelajar ditubuhnya masih saja ia nikmati. Didapatinya orang-orang tersenyum dari seberang jalan yang sedang bersama anaknya, saling bercengkarama sambil menikamati kembang gula mereka. Ia semakin tertarik tertarik dengan senyuman itu, apakah kembang gula yang membuat mereka tersenyum puas? lalu membuat aku tak bisa menahan untuk tersenyum juga!

Teman itu lalu berpaling kepadanya dan mengatakan mengapa kamu tersenyum sendiri? Sambil meralat tanyanya! lalu menimpalinya, “Yah.. memang bahagia itu sederhana” sambil tersenyum. Ia lalu berfikir kembali dan menemukan jawab yang dicarinya! Bahwa yang membuat mereka tersenyum bukan karena coklat atau kembang gula, mereka tersenyum karena mereka bahagia, dan mereka bahagia karena mereka saling mengasihi. Coklat yang diberikan sahabatnya tetiaba saja membuatnya bahagia, tanpa perlu ia pikirkan lagi, hal itu adalah bentuk perhatian sederhana dari temannya, yang spontan saja membahagiakannya.

"Bulan tersenyum sumringga.. Warna jingganya memancarkan keanggunan.. Itu indah.. Yang memandang lalu menjadi bahagia.. Namun ada yang beribu kali lebih indah dari itu, yaitu senyuman bahagia anak manusia.. Seorang yang arif pernah berkata, 'kebaikan adalah memasukkan rasa bahagia pada hati orang lain'. Kalo memang kebahagiaan adalah indah, adalah yang manusia cari.. lalu mengapa manusia saling menuduh, mempersalahkan, memfitna, merampok, membunuh, despotis, korup, menyiksa, mengafirkan orang lain.. sedangkan semua itu sedikitpun tidak akan mendatangkan kebaikan dan mana mungkin kebahagiaan.. Manusia masih akan terkagum pada rembulan yang meronah jingga atau merah, namun anehnya asing pada senyuman manis dari hati yang bahagia.."


Kebahagian adalah hal yang sangat sederhana, manusia yang merumitkannya. Kebahagian pula lahir dari hal-hal yang sangat sederhana. Lihatlah senyum seseorang, itu akan memicumu menjadi tersenyum pula. Berikan perhatian kecil pada siapa saja, maka ia akan tersipuh bahagia. Bersyukurlah dengan apa yang kamu miliki, maka kamu akan merasa cukup. Bahagia menjadi rumit karena manusia mencoba merubahnya menjadi sebuah permainan yang harus dipecahkan, sebuah kasus yang harus diselidiki, atau musuh yang harus ditaklukkan. Padahal bahagia itu dekat bahkan tidak terpisah dari diri kita. Kita hanya perlu membersihkan pikiran dan perasaan kita dari hal-hal yang membuatnya merumit.

Epilog

Pertemuan dengan teman-temannya kini membuatnya bahagia. Mereka membawa kabar bahagia masing-masing dari mereka. ada yang telah berhasil dalam karir, ada yang telah mampu menjadi orang tua yang baik, ada yang telah saling menemukan jiwa masing, ada yang masih terus-menerus belajar dalam rantauaannya, ada yang berjuang untuk hidupnya, ada yang tetap bersyukur dalam kesusahan yang kita anggapakan baginya, ada yang semakin alim dengan ilmunya, ada yang semakin arif dengan hidupnya. Apa yang kini ia rasakan sambil membuka lembaran-demi-lembaran kenangannya, bahwa dulu ia selalu berharap bahwa semoga saja, orang-orang yang di kasinya selalu dalam limpahan karunia berkat Tuhan yang maha baik. Tuhan lalu mengabulkannya, sekarang apa yang bisa ia lakukan selain bersyukur? Tentu saja ia akan bersyukur. Yang ia lakukan sekarang adalah membunuh semua dengki, cemburu, riya, sirik, dan semua yang merumitkan kebahagian bahkan menghabisi kebahagian itu. Jika sekarang ia ditanya, bagaimana kabarnya? Jawabnya bahwa, “Ia sedang berbahgia.”   

"Selalu senang mendapatkan kabar baik dari mereka.. Ditunggunya kabar bahagia mereka dari penjuru bumi.. Maka berbahgia karena tugas kita adalah bersyukur dan bahagia..  Mereka yang punya kasih di dadanya, berjuang menjaga agar tidak saling menzalimi.. Pagi ini dapatinya surat lawas mereka para pejuang kasih.. Begitu mesrah mereka  berkata dalam diam, terus belajar saling mengasihi.. Apa yang bisa dilakukannya selain mendoakan mereka?? Moga pelita harapan menunjukan jalan pada mereka.. Harapnya janganlah bersedih dan mudah putus asa.. Jika kalian memang tulus, jangan rusak apa yang kalian satukan.. Rawat hingga tetap hidup dan memekarkan bunga kebahagiaan.. moga damai mereka yang mendambah kedamaian......"

PS: Tulisan ini belum selesai.. Doakan sehat selalu, agar sempat merampungkannya..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar