Minggu, 08 Desember 2013

SURAT UNTUK KEKASIH



Aku meminta maaf pada mu (kalian) duhai yang terkasih.. Maafkan aku karena menciptakan angan-angan buruk tentang dirimu, yang kusangkai terluka karena kucintai. Ungkapan cinta yang selalu aku haturkan, entah benakku menangkap engkau tersiksa karenanya. Kutuliskan ini sebagai usahaku mengampuni diri sendiri. Dengan maaf yang moga kamu (kalian) berikan padaku.

Terkasih, aku selalu mencintaimu. Namun aku tidak bermaksud memilikmu, karena kita tidak layak saling mengklaim. Pada kenyataannya kita ini adalah milik_Nya, Dia yang paling berhak atas segala klaim kepemilikan. Aku tidak lagi ingin memandangmu dengan tatapan mengharap dan memaksa. Bagiku kini, kamu aku cintai karena memang untuk dicintai. Siapapun dirimu entah kamu sudah ada yang punya, lajang, janda, gadis, sahabat, turis, bahkan jika kamu orang yang tak perna aku kenal sebelumnya pun bertemu. Aku akan mencoba memandang dengan tatapan cinta. Namun, aku tidak berhak memilikimu. Memiliki berarti menundukan, sedang itu hak Tuhan. Aku hanya percaya bahwa memang aku dan kamu diciptakan untuk saling mencintai.

Jika aku memang mencintai, sekali-kali aku tidak akan menyembunyikan cinta ini. Bahkan, akan aku suarakan dan kabarkan pada penjuru langit dan bumi, bahwa aku mencintaimu. Begitulah awal mengapa aku selalu mengutarakan rasa cintaku padamu (semua). Aku dan kamu adalah manusia, kita diciptakan saling berbeda agar kita bisa saling mengenal. Lalu bagaimana kita bisa saling menganal jika kita tidak saling mencintai. Dengan saling mengenal kita akan sangat sadar bahwa kita diciptakan bukan untuk saling membenci, berperang, menundukkan. Malahan dengan mengenali, kita akan tahu dengan tepat bahwa kita benar-benar berbeda. Dan kasih sayang itu hanya dapat terwujud jika kita berbeda. Maka bagiku kehidupan ini sendiri mengisyaratkan kepada kita untuk saling mencintai, damai, dan berbahagia.

Mungkin kalimat cinta ini tidak biasa untukmu mendengakannya. Kamu terbiasa mendengarnya dari kekasih hatimu, belahan jiwamu. Kamu berharap ini harusnya datang darinya seorang yang akan menjadi jodohmu. Sehingga kamu menjadi bersedih, tidak senang mendengarnya dariku. Begitulah sangkaku sehingga aku meminta maaf padamu yang terkasih.

"Untuk mereka teman seperjalanan pulang, sudah selayaknya ku ungkapakan bahwa 'aku mencintai mu'. sebagai tanda bahwa kalian memang diciptakan bersamaku untuk saling mencintai, mengasihi, menjaga.."

Aku sadar perkataanku terlalu sering seperti bujuk dan rayuan, pun aku paham bila kamu (seluruh manusia) senang dengan perkataan lemah lembut. Namun, sungguh duhai yang terkasih aku mencoba menghilangkan segalah motif buruk dari perkataanku. Agar kamu menjadi senang padaku atau menjadi selalu bersamaku. Tidak! Aku tak bermaksud seperti itu, sungguh aku hanya ingin kamu bahagia. Simpati bahkan empatimu mungkin menjadi bonus-bonus menyenangkan yang aku dapatkan, tapi bukan itu intinya! Aku hanya berharap kamu menjadi bahagia dan bersemangat dengan atau tanpa aku. Rayuaanku telah menjadi pengatahuaanmu, dan kamu menjadi dirimu sendiri. Lalu kamu menjadi merdeka menjalani hidupmu. Bagiku itulah hadia terindah yang mungkin akan aku dapatkan darimu, rasa bahagia dalam hidupmu.

“Sedang bagimu kekasih, rahasia Sang Pengasih. Pada suatu saat yang tepat dan telah 'tetap', kita akan bertemu. Aku mungkin tidak mengenalmu, belum perna bertemu denganmu, atau mungkin kita sudah sangat akrab. Aku akan meminangmu, 'menikahlah denganku tanpa rasa curiga dan rasa takut terhadap masa depan...'

Ps: Potongan cerita yang suatu saat akan aku jadikan sebuah cerpen..... ^_^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar