Aku meminta maaf pada mu
(kalian) duhai yang terkasih.. Maafkan aku karena menciptakan angan-angan buruk
tentang dirimu, yang kusangkai terluka karena kucintai. Ungkapan cinta yang
selalu aku haturkan, entah benakku menangkap engkau tersiksa karenanya. Kutuliskan
ini sebagai usahaku mengampuni diri sendiri. Dengan maaf yang moga kamu
(kalian) berikan padaku.
Terkasih, aku selalu
mencintaimu. Namun aku tidak bermaksud memilikmu, karena kita tidak layak
saling mengklaim. Pada kenyataannya kita ini adalah milik_Nya, Dia yang paling
berhak atas segala klaim kepemilikan. Aku tidak lagi ingin memandangmu dengan
tatapan mengharap dan memaksa. Bagiku kini, kamu aku cintai karena memang untuk
dicintai. Siapapun dirimu entah kamu sudah ada yang punya, lajang, janda,
gadis, sahabat, turis, bahkan jika kamu orang yang tak perna aku kenal
sebelumnya pun bertemu. Aku akan mencoba memandang dengan tatapan cinta. Namun,
aku tidak berhak memilikimu. Memiliki berarti menundukan, sedang itu hak Tuhan.
Aku hanya percaya bahwa memang aku dan kamu diciptakan untuk saling mencintai.
Jika aku memang mencintai,
sekali-kali aku tidak akan menyembunyikan cinta ini. Bahkan, akan aku suarakan
dan kabarkan pada penjuru langit dan bumi, bahwa aku mencintaimu. Begitulah
awal mengapa aku selalu mengutarakan rasa cintaku padamu (semua). Aku dan kamu
adalah manusia, kita diciptakan saling berbeda agar kita bisa saling mengenal.
Lalu bagaimana kita bisa saling menganal jika kita tidak saling mencintai.
Dengan saling mengenal kita akan sangat sadar bahwa kita diciptakan bukan untuk
saling membenci, berperang, menundukkan. Malahan dengan mengenali, kita akan tahu
dengan tepat bahwa kita benar-benar berbeda. Dan kasih sayang itu hanya dapat
terwujud jika kita berbeda. Maka bagiku kehidupan ini sendiri mengisyaratkan
kepada kita untuk saling mencintai, damai, dan berbahagia.
Mungkin kalimat cinta ini tidak
biasa untukmu mendengakannya. Kamu terbiasa mendengarnya dari kekasih hatimu,
belahan jiwamu. Kamu berharap ini harusnya datang darinya seorang yang akan
menjadi jodohmu. Sehingga kamu menjadi bersedih, tidak senang mendengarnya
dariku. Begitulah sangkaku sehingga aku meminta maaf padamu yang terkasih.
"Untuk mereka teman
seperjalanan pulang, sudah selayaknya ku ungkapakan bahwa 'aku mencintai mu'.
sebagai tanda bahwa kalian memang diciptakan bersamaku untuk saling mencintai,
mengasihi, menjaga.."
Aku sadar perkataanku terlalu
sering seperti bujuk dan rayuan, pun aku paham bila kamu (seluruh manusia)
senang dengan perkataan lemah lembut. Namun, sungguh duhai yang terkasih aku
mencoba menghilangkan segalah motif buruk dari perkataanku. Agar kamu menjadi
senang padaku atau menjadi selalu bersamaku. Tidak! Aku tak bermaksud seperti
itu, sungguh aku hanya ingin kamu bahagia. Simpati bahkan empatimu mungkin
menjadi bonus-bonus menyenangkan yang aku dapatkan, tapi bukan itu intinya! Aku hanya berharap kamu
menjadi bahagia dan bersemangat dengan atau tanpa aku. Rayuaanku telah menjadi
pengatahuaanmu, dan kamu menjadi dirimu sendiri. Lalu kamu menjadi merdeka
menjalani hidupmu. Bagiku itulah hadia terindah yang mungkin akan aku dapatkan
darimu, rasa bahagia dalam hidupmu.
“Sedang bagimu kekasih, rahasia
Sang Pengasih. Pada suatu
saat yang tepat dan telah 'tetap', kita
akan bertemu. Aku mungkin tidak mengenalmu, belum
perna bertemu denganmu, atau mungkin kita sudah sangat akrab. Aku akan
meminangmu, 'menikahlah denganku tanpa rasa curiga dan rasa takut terhadap masa
depan...'”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar