Minggu, 08 Desember 2013

TERLALU PAGI............

Pagi ini kulihat anak perempuan berseragam lengkap melompat kegirangan menuju pertemanan gembira.

Pagi ini kulihat wajah tanpa senyum menyapa di tengah keramaiaan yang sepi.

Pagi ini kulihat sejoli datang dari pulau seberang yang jauh, berkeliling kota dengan gendongan yang berat, mengadu nasib demi hidup yang lebih baik.

Pagi ini kulihat anak putus sekolah datang lebih pagi, lebih pagi di kampus para golongan tengah memungut sampah-sampah kesombongan para intelek yang ponggah dan paradoks.

Pagi ini kulihat seorang bapak berpakaian rapi menjajalkan nasi berwarna dengan citi car putih demi kehidupan yang mungkin tak akan kutahu realitanya.

Pagi ini aku disambut senyuman  hangat sodara-sodariku yang serahim pun tidak. Senyum kebahagiaan yang tak ternilai oleh sebatang coklat.

Kemarin kulihat wajahnya mulai menceking. Entah apa yang menggerogoti hatinya, senyumnya tak setulus biasanya. Entah apa yang menguras jiwa dan pikirannya. Ia bukan perempuan berseragam, ia tersenyum, bukan anak putus sekolah. Entah apa yang sedang ia kejar. Entah apa yang ingin ia raih. Obsesinya terpancar dari gestur tubuhnya yang menunjukan kegelisahan yang tidak ketulungan. Namun ada ketulusan yang seperti biasa memancar dari hatinya dan dari ucapan yang berbisik penuh harapan. Harapan pada hasratnya untuk menjawab segala tanya yang selama ini mulai ia cari jawabannya, lalu terputus untuk sesuatu yang selalu menimbulkan keresahan, ketakutan, lalu kekecewaan. Kebahagiaan  adalah  semua yang ia cari. Tapi ia menjalani jalan yang berbeda, bahagianya hanya topeng yang diganti sesuai panggung tempatnya tampil. Bukan bahagia dengan senyuman sebagai toping manis, tulus, nan indah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar