Minggu, 30 Maret 2014

Senyum sang Bulan..

"Bulan tersenyum sumringga..
Warna jingganya memancarkan keanggunan..
Itu indah..
Yang memandang lalu menjadi bahagia..
Namun ada yang beribu kali lebih indah dari itu, yaitu senyuman bahagia anak manusia..
Seorang yang berilmu pernah berkata, 'kebaikan adalah memasukkan rasa bahagia pada hati orang lain'..
Kalo memang kebahagiaan adalah indah, itu adalah yang semua manusia cari..
Lalu mengapa manusia saling menuduh, mempersalahkan, memfitna, merampok, membunuh, despotis, korup, menyiksa, mengafirkan orang lain..
Sedangkan semua itu sedikitpun tidak akan mendatangkan kebaikan dan mana mungkin kebahagiaan..
Manusia masih akan terkagum pada rembulan yang meronah jingga atau merah, namun anehnya asing pada senyuman manis dari hati yang bahagia.."

Sabtu, 29 Maret 2014

Antara-Antara..

Aku di antara keramaian dan sepi..
Aku di antara histeria dan perenungan..
Aku berada dalam teror dan kedaimaian..
Aku berada dalam nyanyian dan kerinduaan..

Gemintang berbinar tak terhalang kelabu..
Lampu-lampu jalan temaram menemani mata tak tahan gelap..
Parang tak bersarung diangkat sang jalang, membunuhi, meneror sesiapa saja..
Jalan raya diterobos melawan arah, atas tak tahu apa alasannya? Djago mungkin!

Aku bernyanyi 'di mana aku di sini?'..
Aku mendengar 'lost' Morrissey..
Ada juga dangdud koporol!
Ada juga samar bisik rintihan pendoa..

Aku mungkin berada di 'antara' 'antara' tapi aku tidak hilang di sini.. Aku hanya sedang dalam damainya rindu.. Jasad dan tubuhku ada di sini bersama gaduh, histeria, dan nada- nada harmoni.. Namun semesta berbaik hati, disampaikannya doa-doaku bagi mereka yang terkasih, tersenyum, terindu.. Tak ada yang hilang disini, selain jiwa mereka yang tertinggal di rumah mereka.. Yang ada hanya jasad berkeliaran menyalahi hukum rantai makanan.. Tarian-tarian, teriakan-teriakan yang menghilangkan mereka sepenuhnya, sebut saja alienasi....

Hanya mengasihimu, merindukanmu, mendoakanmu, satu-satunya pilihan yang ada dalam "riuh dan rendah" ini.. Membunuh, cemburu, membenci, dendam bukanlah pilihan lain.. Semesta yang indah ini mengajarkan kita demikian..
 
Jangan sangka rindu ini menyiksa.. Tidak! Itu tanda fitrahNya.. Itu tanda kita, tanda kita manusia..
Jangan sangka rindu ini jalan yang sepih.. Tidak! Aku malah ramai dalam kesibukan mendoakan.. Rindu dan kasih ada agar kita manusia saling mendoakan pada kebaikan-kebaikan, lalu kasih-mengasihi, sayang-menyayangi..

Ps: saat suara-suara tak urung berganti tenang..

Maret yang bijaksana..

"Maret selalu punya kenangan.. Sudah tiga maret kita masih setia singgah di tempat ini.. Kuingat pada maret terakhir, kaki-kaki kita saat itu sedang rapuh.. Kau sesekali bahkan merintih kesakitan.. Namun kau tetap pesakitan yang mudah tersenyum..

Hatimu terlalu jujur, tak bisa menyembunyikan bahwa kau memang cinta laut biru.. Kita lalu menikmati semilir angin sepoi-sepoi dan suara deruh ombak yang berlari-larian, saling kejar-kejaran.. Sambil menunggu persembahan terakhir pemilik magis, tirai Jingga di ufuk panorama.. hmmm.. Selalu saja bisa memanjakan mata kita..

Tetiba saja serentak kita berucap syukur, dan merapalkan kalimat kesukaan, "Maka nikmat Tuhan mana yang bisa kita dustakan??" kita lalu saling melempar senyum bahagia.. Saat ini maret ketiga, belum juga kaki-kaki kita kokoh.. pun kita tidak menyerah dan kalah.."

Ps: Bagaimanapun tidak baiknya kondisi kita.. Apapun yang kita hadapi.. Tetaplah tersenyum, tentu setelah hati kita bersihkan.. Moga mata hati kita terbuka, lalu kita melihat tidak dengan prasangka.. Damai dan berbahagialah.. 
(^_^)V

Jumat, 28 Maret 2014

Aku Belajar Cinta Darinya.. Guru yang sederhana..

"Kalo ditanya kenapa saya tertarik belajar tentang cinta? Itu karena seorang kakak yang baik hatinya memberikan saya buku.. Buku pertama yang saya baca saat memulai perkuliahan setebal kebahagiaan, judulnya Road To Muhammad.. Lembar-lembar ku buka hingga ku baca satu bagian tentang belajar mencinta.. Saat itulah saya merasa belum mengenal cinta dengan baik.. Sekiranya kamu ingin belajar, silahkan bacalah tulisan beliau ini.. Moga kamu bisa mengambil hikma darinya.. Sekiranya kamu berkenan kirimkanlah doa kalian padanya, apapun agama kalian.. Moga keberkahan pula bagi kalian.. (^_^)V" 
Yang mengasihi dan dikasihi..
 Hajir Muis..

BELAJAR MENCINTAI
Oleh: Ust. Jalaluddin Rakhmat...

Dalam buku The Art of Loving, atau Seni Mencinta, Erich Fromm menulis bahwa para manusia modern sesungguhnya adalah orang-orang yang menderita. Penderitaan tersebut diakibatkan karena kehausan mereka untuk dicintai oleh orang lain. Mereka berusaha keras melakukan apa saja agar dapat dicintai. Anak-anak muda akhirnya terjerumus ke dalam pergaulan bebas karena mereka ingin dicintai dan diterima oleh kawan-kawan sebayanya. Para istri berjuang untuk menguruskan tubuh mereka agar dicintai oleh para suami mereka. Para politisi tidak segan-segan berdusta dan menipu orang agar dicintai oleh para pemilih dan pengikut mereka.

Yang dilakukan oleh manusia modern adalah upaya untuk dicintai, bukannya upaya untuk mencintai. Dalam dunia modern, kita menemukan bahwa semakin keras manusia berusaha untuk dicintai, semakin sering pula mereka gagal dan dikecewakan. Adalah sangat sulit untuk memperoleh kecintaan seluruh manusia. Kecintaan semacam ini adalah tujuan yang takkan pernah bisa dicapai karena selalu saja ada orang yang membenci orang yang lain. Manusia selalu dikelilingi oleh dua jenis orang; yang mencintai dan yang membenci dirinya.

Oleh sebab itu, manusia modern mengalami gangguan psikologis karena kegagalan untuk dicintai. Buku The Art of Loving mengisahkan para istri yang akhirnya harus mengisi malam-malam mereka dengan tangisan dan penderitaan karena tak kunjung memperoleh cinta suami mereka. Pada satu bagian dalam buku itu, Fromm menulis: “Mungkin sudah waktunya kita beritahu mereka untuk belajar mencintai.”

Hal ini mengingatkan saya akan buku lain yang berjudul The Mismeasures of Women, atau Kesalah-ukuran Perempuan. Buku ini bercerita bahwa sepanjang sejarah, kecantikan wanita itu diukur bukan oleh wanita itu sendiri, melainkan oleh kaum lelaki. Pernah pada satu masa, yang disebut sebagai wanita jelita adalah perempuan yang bertubuh gemuk. Lukisan-lukisan di zaman Renaissans menggambarkan wanita-wanita telanjang dengan berbagai gumpalan lemak di tubuh mereka. Pada zaman itu, perempuan berusaha menggemukkan tubuhnya dengan obat-obatan, yang terkadang amat berbahaya, agar dianggap rupawan dan dicintai lawan jenisnya.

Lalu datanglah satu masa ketika seorang perempuan disebut cantik bila tubuhnya kurus kering. Dunia kecantikan internasional pernah mengenal seorang model ternama yang disebut dengan Miss Twiggy, Nona Ranting. Perempuan cantik adalah mereka yang bertubuh seperti ranting kayu, tinggi dan langsing. Seluruh perempuan di dunia kemudian berlomba-lomba menguruskan tubuhnya dengan menahan nafsu makan dan melaparkan diri. Mereka melakukan puasa yang khusus dijalankan untuk memperoleh kecintaan lelaki; mereka menyebutnya diet.

Jika target kita dalam hidup ialah untuk memperoleh kecintaan sesama manusia, kita akan selalu menemui kekecewaan. Hal ini disebabkan karena kecintaan makhluk itu bersifat sangat sementara atau temporer. Dalam Manthiq Al-Thayr, atau Musyawarah Para Burung, Fariduddin Attar berkisah tentang kelompok para burung yang tengah mencari imam mereka. Burung-burung itu memilih Hudhud sebagai pemimpin karena ia dianggap burung yang paling kaya akan pengalaman.

Hudhudlah yang menjadi penyampai pesan dari Nabi Sulaiman kepada Ratu Bilqis dan Hudhud pulalah yang menjadi utusan Nabi Nuh untuk mencari sebidang daratan kering ketika sebagian dunia yang lain dilanda air bah. Meskipun seluruh burung meminta Hudhud menjadi pemimpin mereka, Hudhud tetap berkeberatan. Ia malah berkata, “Sesungguhnya pemimpin kalian berada di Bukit Kaf, namanya Simurgh. Ke sanalah kalian pergi menuju.”

Hudhud lalu menggambarkan keindahan Simurgh sedemikian rupa sehingga para burung yang lain jatuh cinta. Para burung pun memohon agar Hudhud mau mengantarkan mereka ke hadapan Simurgh. Namun sebelum mengajak mereka ikut serta, Hudhud terlebih dahulu menceritakan beratnya perjalanan yang harus ditempuh untuk menuju Simurgh. Setelah mendengar betapa sukarnya jalan yang akan dilalui, sebagian besar burung mengurungkan niatnya.

Burung Bulbul mengajukan keberatannya, “Aku mencintai Simurgh dan ingin menjumpainya, namun sekarang ini cintaku telah terpatri kepada setangkai bunga mawar. Jika kupikirkan tentang kelopak mawar yang merekah, kurasa aku tak perlu lagi berpikir akan Simurgh. Cukuplah bagiku keindahan mawar itu. Kuyakin sepenuhnya mawar itu akan selalu megembangkan putik-putik sarinya karena kecintaannya jua kepadaku. Aku tak bisa hidup bila harus meninggalkannya. Aku tak mau hidup bila tak dapat lagi memandang rekahan mawar itu.”

Lalu Hudhud berkata, “Ketahuilah, kecintaan kamu terhadap mawar itu adalah kecintaan yang palsu. Janganlah engkau terpesona akan keindahan lahiriah. Mawar hanya merekah di musim semi. Begitu tiba musim gugur, mawar akan menggugurkan kelopaknya. Ia akan menertawakan cintamu….”
Melalui kisah ini, Fariduddin Attar mengajarkan bahwa sesungguhnya kecintaan makhluk itu adalah sementara. Seorang istri, yang berusaha keras untuk meraih cinta suaminya, akhirnya akan menemukan bahwa cinta suaminya itu datang dan pergi. Suaminya tak mencintai ia untuk sepanjang masa. Ada masa ketika cinta suaminya berkurang atau bahkan hilang sama sekali. Demikian pula sebaliknya, seorang suami tak akan memperoleh cinta yang kekal dari istrinya. Kecintaan manusia takkan pernah ada yang abadi.

Seorang mubaligh tidak boleh berceramah untuk mencari kecintaan jemaahnya. Tuhan akan menguji para mubaligh dengan menarik kecintaan dari para jemaahnya. Bila kita amati kehidupan para imam ahlul bait as, kita pun akan menemukan bahwa pada umumnya mereka dikhianati oleh para pengikutnya sendiri. Imam Ali kw dibunuh oleh seorang khawarij yang semula merupakan jemaahnya; Imam Hasan as dikhianati oleh para pengikutnya sendiri; dan Imam Husain as dibunuh oleh salah seorang yang sebelumnya mengirimkan surat berisi dukungan kepadanya.

Menurut Erich Fromm, para mubaligh pun adalah manusia-manusia modern yang tertipu. Mereka berusaha keras mencari kecintaan dari sesama manusia. Boleh jadi, mereka berhasil mendapatkan cinta tersebut. Tetapi keberhasilan itu hanyalah sementara. Dalam khazanah tabligh Indonesia, selalu ada mubaligh populer yang muncul ke permukaan dan memperoleh cinta dari jutaan umat. Namun sedikit demi sedikit, ia akan tenggelam dan ditinggalkan oleh umatnya. Kita tak akan pernah bisa dicintai secara terus menerus oleh sesama manusia.

Demikian pula halnya dengan para artis, mereka berusaha untuk mendapatkan cinta fans mereka. Mereka mengatur tingkah laku dan penampilan agar sesuai dengan selera pasar. Tetapi pada akhirnya, mereka pun akan mendapatkan kekecewaan yang mendalam ketika para fans beralih untuk mencintai artis lain yang lebih muda dan lebih cantik. Penderitaan manusia modern diakibatkan oleh keinginan untuk dicintai sesama manusia. Akibatnya, kita akan dirundung oleh kekecewaan demi kekecewaan.

Sebagaimana dikatakan oleh Fromm, yang bisa dilakukan untuk menyembuhkan penyakit itu adalah dengan belajar mencintai. Kebahagiaan hidup kita tergantung kepada apa yang kita cintai. Kebahagiaan tak dapat diperoleh dengan dicintai. Akan tetapi di dalam wacana pengetahuan modern, kita menemukan sedikit sekali literatur yang berisi pelajaran untuk mencintai. Buku-buku mutakhir mengajarkan kita akan kiat-kiat untuk dicintai. Datanglah ke sebuah toko buku, Anda akan menemukan banyak sekali buku yang ditulis yang berisi tentang kiat-kiat agar dicintai oleh lawan jenis, atasan, atau rekan-rekan di tempat kerja. Selama ini kita diajari bahwa proses mencintai itu bukanlah proses pembelajaran, melainkan proses “kecelakaan”. Kita mengenal istilah “jatuh cinta” atau fall in love, bukannya “belajar mencinta” atau learn to love. Disebut “jatuh” karena kita menganggap mencintai sebagai suatu kecelakaan yang tidak direncanakan sebelumnya.

Untuk mampu mencintai, kita harus mulai belajar dari mencintai makhluk Allah; dengan mencintai pasangan kita, anak-anak kita, ataupun kendaraan kita. Itulah pelajaran mencintai tahap dasar, pelajaran cinta dalam tingkatan yang paling awal. Cinta semacam itu adalah cinta yang dimiliki oleh anak-anak kecil. Mereka selalu mencintai hal-hal yang bersifat kongkrit atau lahiriah. Kita harus mengembangkan kepribadian kita ke tingkat yang lebih baik agar kita tak hanya terjebak untuk mencintai hal-hal yang kongkrit saja. Di saat itulah kita dapat menempuh pelajaran yang lebih tinggi.

Selanjutnya kita harus berusaha untuk mencintai hal-hal yang lebih abstrak. Sebuah hadis yang amat kita kenal meriwayatkan sabda Nabi Muhammad saw, “Cintailah Allah atas segala anugerah-Nya kepadamu, cintailah aku atas kecintaan Allah kepadaku, dan cintailah keluargaku atas kecintaanku kepada mereka.”
Dalam hadis ini Rasulullah saw menurunkan tiga kecintaan; kepada Allah swt, Rasulullah swt, dan ahlul bait Nabi. Rasulullah saw juga ingin mengajarkan kepada kita untuk meninggalkan kecintaan kepada hal-hal kongkrit dan menuju kecintaan kepada hal yang abstrak.

Dalam Ihya Ulumuddin, Al-Ghazali menyatakan adalah sebuah kebohongan besar bila seseorang mencintai sesuatu tetapi ia tidak memiliki kecintaan kepada sesuatu yang lain yang berkaitan dengannya. Al-Ghazali menulis; “Bohonglah orang yang mengaku mencintai Allah swt. tetapi ia tidak mencintai Rasul-Nya; bohonglah orang yang mengaku mencintai Rasul-Nya tetapi ia tidak mencintai kaum fuqara dan masakin; dan bohonglah orang yang mengaku mencintai surga tetapi ia tidak mau menaati Allah swt.”

Semua itu pada hakikatnya mengajarkan kita untuk mencintai hal-hal yang bersifat abstrak. Nilai tasawuf yang paling penting adalah kecintaan kepada Allah swt. Mulailah kita belajar mencintai Allah dengan mencintai Rasul-Nya dan belajar mencintai Rasul-Nya dengan mencintai ahlul bait Nabi. Bila kita ingin berhasil mencintai ahlul bait Nabi, belajarlah dengan mencintai kaum fuqara dan masakin.

Jika kita telah mampu belajar mencintai Allah swt, Rasul-Nya, ahlul bait, serta kaum fuqara dan masakin, maka hal itu telah cukup menjadi bekal bagi kita, dibandingkan dengan seluruh dunia dan segala isinya.

BERSIAP UNTUK BAHAGIA...



“Pada akhirnya ia harus tersenyum puas.. Dihampirnya oleh kabar-babar dari penjuru bumi, kabar bahagia dari mereka yang terkasih.. Tak ada lagi alasan baginya untuk tidak besyukur.. Sungguh Tuhan telah mengabulkan bait-bait doanya yang bahkan tak sempat terucap..”

Prolog

Di sudut kamarnya ia duduk menatap masa depan dari masa lalunya yang sekonyong-konyongnya membuat ia tersenyum. Kenangan yang tetiba saja tumpah-ruah, memberinya jawaban atas apa yang sedang ia pikirkan. Belakangan ini ia banyak bertemu dengan teman-teman dari masa lalu, yang ia tahu betul bahwa ia merindukan mereka. Masa perkuliahan telah memisahkan mereka sedari  lulus sma, ada pula sedari madrasah, dan bahkan sejak masa taman kanak-kanak. Banyak dari mereka datang dengan membawah kisah-kisahnya masing-masing, membuat wajah mereka berseri-seri ketika menceritakannya. Ada pula yang masih santun seperti pada masa-masa kala mereka remaja, tidak banyak berubah. Ada yang biasa-biasa saja tanpa cerita. Ada pula yang semakin angggun dalam bahasa dan perangainya.

***

Dahulu ia berfikir bahwa bahagia adalah kumpulan kerumitan, tantang, lawan, yang harus dipecahkan, ditaklukkan, dikalahkan. Lalu ia menjalani hidup dengan ketakutan itu, walhasil seperti itulah yang terjadi dalam kehidupannya. Kebahagiaan merupakan sesuatu yang begitu sulit untuk ia temukan dan lalu ia menjadi kebinguan. Lalu ia melihat kepada orang-orang di sekelilingnya, maka ditemukannya hal yang sama berlaku pada mereka. Ini membuatnya semakin yakin bahwa kebahagiaan terlalu abstrak bahkan hampir-hampir saja tidak mempercayainya.

Suatu ketika di taman kota seorang teman lalu datang menghampirinya, membawakannya sepotong coklat, setelah dibagi-bagikannya. Dimakannya coklat itu dengan perlahan, maka dirasakannya manis yang menyenanugkan saat coklat itu melebur di mulutnya. Hingga ia menghabiskan coklat yang hanya sepotong itu, rasa manis itu lalu hilang dari mulutnya. Namun entah mengapa tubuhnya menangkap rasa yang nyaman dari sekujur tubuhnya, lebih dalam lagi, dirinya, jiwanya. “Apakah ini karena coklat itu?” tanyanya dalam hati.

Setelah kegundahannya hilang, sekali lagi diperhatiakannya keadaan sekeliling. Teman sejawatnya yang lama ia tak jumpai, yang memberinya sepotong coklat, sedang asik berbincang-bincang dengan orang di sebelahnya. Sepertinya mereka baru saja berkenalan setelah memberiakannya sepotong coklat juga. Rasa nyaman masih menjelajar ditubuhnya masih saja ia nikmati. Didapatinya orang-orang tersenyum dari seberang jalan yang sedang bersama anaknya, saling bercengkarama sambil menikamati kembang gula mereka. Ia semakin tertarik tertarik dengan senyuman itu, apakah kembang gula yang membuat mereka tersenyum puas? lalu membuat aku tak bisa menahan untuk tersenyum juga!

Teman itu lalu berpaling kepadanya dan mengatakan mengapa kamu tersenyum sendiri? Sambil meralat tanyanya! lalu menimpalinya, “Yah.. memang bahagia itu sederhana” sambil tersenyum. Ia lalu berfikir kembali dan menemukan jawab yang dicarinya! Bahwa yang membuat mereka tersenyum bukan karena coklat atau kembang gula, mereka tersenyum karena mereka bahagia, dan mereka bahagia karena mereka saling mengasihi. Coklat yang diberikan sahabatnya tetiaba saja membuatnya bahagia, tanpa perlu ia pikirkan lagi, hal itu adalah bentuk perhatian sederhana dari temannya, yang spontan saja membahagiakannya.

"Bulan tersenyum sumringga.. Warna jingganya memancarkan keanggunan.. Itu indah.. Yang memandang lalu menjadi bahagia.. Namun ada yang beribu kali lebih indah dari itu, yaitu senyuman bahagia anak manusia.. Seorang yang arif pernah berkata, 'kebaikan adalah memasukkan rasa bahagia pada hati orang lain'. Kalo memang kebahagiaan adalah indah, adalah yang manusia cari.. lalu mengapa manusia saling menuduh, mempersalahkan, memfitna, merampok, membunuh, despotis, korup, menyiksa, mengafirkan orang lain.. sedangkan semua itu sedikitpun tidak akan mendatangkan kebaikan dan mana mungkin kebahagiaan.. Manusia masih akan terkagum pada rembulan yang meronah jingga atau merah, namun anehnya asing pada senyuman manis dari hati yang bahagia.."


Kebahagian adalah hal yang sangat sederhana, manusia yang merumitkannya. Kebahagian pula lahir dari hal-hal yang sangat sederhana. Lihatlah senyum seseorang, itu akan memicumu menjadi tersenyum pula. Berikan perhatian kecil pada siapa saja, maka ia akan tersipuh bahagia. Bersyukurlah dengan apa yang kamu miliki, maka kamu akan merasa cukup. Bahagia menjadi rumit karena manusia mencoba merubahnya menjadi sebuah permainan yang harus dipecahkan, sebuah kasus yang harus diselidiki, atau musuh yang harus ditaklukkan. Padahal bahagia itu dekat bahkan tidak terpisah dari diri kita. Kita hanya perlu membersihkan pikiran dan perasaan kita dari hal-hal yang membuatnya merumit.

Epilog

Pertemuan dengan teman-temannya kini membuatnya bahagia. Mereka membawa kabar bahagia masing-masing dari mereka. ada yang telah berhasil dalam karir, ada yang telah mampu menjadi orang tua yang baik, ada yang telah saling menemukan jiwa masing, ada yang masih terus-menerus belajar dalam rantauaannya, ada yang berjuang untuk hidupnya, ada yang tetap bersyukur dalam kesusahan yang kita anggapakan baginya, ada yang semakin alim dengan ilmunya, ada yang semakin arif dengan hidupnya. Apa yang kini ia rasakan sambil membuka lembaran-demi-lembaran kenangannya, bahwa dulu ia selalu berharap bahwa semoga saja, orang-orang yang di kasinya selalu dalam limpahan karunia berkat Tuhan yang maha baik. Tuhan lalu mengabulkannya, sekarang apa yang bisa ia lakukan selain bersyukur? Tentu saja ia akan bersyukur. Yang ia lakukan sekarang adalah membunuh semua dengki, cemburu, riya, sirik, dan semua yang merumitkan kebahagian bahkan menghabisi kebahagian itu. Jika sekarang ia ditanya, bagaimana kabarnya? Jawabnya bahwa, “Ia sedang berbahgia.”   

"Selalu senang mendapatkan kabar baik dari mereka.. Ditunggunya kabar bahagia mereka dari penjuru bumi.. Maka berbahgia karena tugas kita adalah bersyukur dan bahagia..  Mereka yang punya kasih di dadanya, berjuang menjaga agar tidak saling menzalimi.. Pagi ini dapatinya surat lawas mereka para pejuang kasih.. Begitu mesrah mereka  berkata dalam diam, terus belajar saling mengasihi.. Apa yang bisa dilakukannya selain mendoakan mereka?? Moga pelita harapan menunjukan jalan pada mereka.. Harapnya janganlah bersedih dan mudah putus asa.. Jika kalian memang tulus, jangan rusak apa yang kalian satukan.. Rawat hingga tetap hidup dan memekarkan bunga kebahagiaan.. moga damai mereka yang mendambah kedamaian......"

PS: Tulisan ini belum selesai.. Doakan sehat selalu, agar sempat merampungkannya..

Kamis, 27 Maret 2014

Aku belajar dari hujan bulan juni..

Oleh Sapardi Djoko Damono

HUJAN BULAN JUNI
 
tak ada yang lebih tabah
dari hujan bulan juni
dirahasiakannya rintik rindunya
kepada pohon berbunga itu


tak ada yang lebih bijak
dari hujan bulan juni
dihapusnya jejak-jejak kakinya
yang ragu-ragu di jalan itu


tak ada yang lebih arif
dari hujan bulan juni
dibiarkannya yang tak terucapkan
diserap akar pohon bunga itu

1989
(Hujan Bulan Juni  – hal. 90)

 *****

AKU INGIN
 
Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
      dengan kata yang tak sempat diucapkan
      kayu kepada api yang menjadikannya abu

Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
      dengan isyarat yang tak sempat disampaikan
      awan kepada hujan yang menjadikannya tiada...



Dua puisi ini adalah di antara tiga puisi yang saya nikmati dari buku puisi "Hujan Bulan Juni".. Mungkin karena kesedehanaannya dan kedalaman makna yang universal.. ^_^

Kisah yang biru..


Basahi dada yang kering..

"Mendung terpajang sedari tadi..
Awan pun makin gelap..
Namun mengapa hujan tak urung datang..
Harapku hujan turunlah walau sejenak..
Biar legah isi dada.."


Harapnya hujan mengerti..

"Ia hanya menangis, berjalan, tak bersuara..
Langkahnya meyapu dedaunan pagi..
Dengan luka dan lengkung bibir sayu...
Sayang! Belum juga hujan turun.."


Rumah singgah..

"Setiap tempat adalah rumah para musafir..
Tempat ini sudah seperti rumah..
Musafir mana yang tidak sedih meninggalkan rumah.."

Kisah Rindu..

  
 Jan, 30
"Maaf saya sedang keluar.. Bermesraan dengan sahabat lama.. Kerinduaan.."

Feb, 10
"Ingin melepas rindu dengan mentari.. Lalu berlomba bersama pagi.. Ia selalu mujarab untuk gelap ini.."

Feb, 13
"Sederhana rapalan sajak itu.. Trima kasih.."

Feb, 15 
"Semua belum selesai.. Malam pun lalu datang beserta lelah.. Kasih pejamkanlah matamu.. Agar tak tertinggal kesedihan pula kerinduaan.. Esok pagi kita akan memulainya lagi.. Berkasih, berindu, berbahagia.. Bermesraan dalam kata tanpa nada, dalam diam.."

feb, 18
"Rindu lalu mengakar dan mekar.. Setelah cinta kasih ditanam dalam dada.. Ia akan bersyukur dalam basah dan kekeringan.."

feb, 19
"Aku jatuh hati.. Moga ini bukan nafsu.. Pun aku  menjadi melankolis dan banyak rindunya.."

Feb, 21
"Kudengar suara angin malam.. Aku menyukainya, terdengar suaramu sayup.. Kamu selalu saja lembut.."

 Feb, 24
"Menyelam dalam lamunanku.. Kutemukan kau menyambutku dengan tubuh penuh luka, dengan bibir melengkung keatas bak sabit.. Kudapati kau dalam kesendirian namun nampaknya kamu tak kesepian.."

Feb, 24
"Terlalu sering ia mengungkap rahasia malam.. Berapa puluh pagi ia lewatkan.. Mentari lalu marah dan meminta tumbal darah.. Darah yang kental..  Darah yang selalu jaga.. Darah yang kasmaran.. Ia tumbang sambil merapalkan mantra pada dinding.. 'aku mengasihi mu'.. Terpatri dengan tinta merah.."

ps: Selamat beristirahat sang malam.. Selamat bersenang-Senang duhai mentari.. Moga segera kita bertemu;.."

Feb, 25
"Hatinya merindu, namun ia tetap bahagia.. Lalu doa ia rapalkan.. Berharap kebaikan bagi terkasih.. Ia sedang belajar mencintai.."

Feb, 29 
"Tanah menjadi basah.. Udara menjadi dingin.. Hidup tidak bisa selalu kering.. Jangan biarkan hati membara terbakar amarah.. Nikmati yang coklat dan putih.. Syukuri hidup yang hijau dan biru.."

Mar, 04
"Maaf aku pamit lagi.. Jika kamu mencariku, aku sedang merindu.. Kita tidak sedang mempersiapkan diri untuk 'mati' dalam rindu.. Denganya malah kita menjadi merasa hidup.. Cukup aku ketahui, kamu sedang berbahagia, bermain bersama teman, membaca, menulis, belajar, dan sehat.. Lalu aku akan semakin rindu padamu, aku akan mendoakanmu lalu bersyukur.."
 
#Bagian Kepulangan

Mar, 13
"Semoga kemanapun kita melangkahkan kaki-kaki kecil.. Tujuaan kita adalah kebaikan, pengetahuaan, dan kesempurnaan.. Moga setiap tempat yang kita tinggalkan tertorehkan damai dan kerinduaan.."

Mar, 18
"Karena di hati kita ada cinta kasih.. Kita tidak akan pernah berhenti untuk saling mendoakan.. Keselamatan, keberkahan, kebahagiaan moga tercurah bagi kita.."


Pss: Moga potongan kisah rindu ini segera aku tuntaskan..

Kisah Ada dan Waktu..

Ada dan waktu.. 
Ini sebuah kisah tentang pertemuan dan perpisahan..
Kamu jangan takut ini akan menyedihkan..
Kamu hanya belum terbiasa..

Ada dan waktu..
Pertemuan selalu bersama perpisahan..
Kita hanya saling meninggalkan kesan..
Anggap saja itu sebuah pesan..
Karena pada waktunya aku tak akan berkata apa-apa.. 

Ada adalah waktu..
Moga kamu mengerti kisah ini..
Pun jika tidak, aku memang tidak memaksamu untuk paham..
Anggap saja ini katarsisku..

Ada adalah waktu..
Seperti awal perbincangan ini..
Kita telah bertemu..
Namun kita juga telah berpisah..
Anehkan?
Karena begitulah waktu "ada"..





Ps: Moga pembaca yang budiman tidak mengerutkan keningnya.. Doakan saya sehat selalu, moga sempat, saya akan ceritakan sajak ini...

Kisah Hujan..

"Dinding ini jangan kamu takuti, membelenggumu, menyengsarakanmu..
Dinding itu adalah hujan yang selalu kamu suka..
Sesekali lepaskan gadget di sakumu..
Lalu bermain-main sejenak dalam deras..
Dinding ini milikmu, rahmat bagimu.."


Setelah itu....
 
"Hal menyenangkan untuk dinanti..
Sebuah kisah setelah hujan menumpahkan rahmatnya..
Saat kamu akhirnya tahu arti dari sebuah kecemasan..
Bahwa ini sangat berbeda dengan ketakutan..
Ini tentang hidup..
Tanpa cemas kita tidak akan memaknai apa-apa..
Begitupun dengan kepergiaan..



Kedamaiaan dalam kerumitan..

26/02/2014

Aku ulangi lagi pembicaraan ini.. Saat kamu mulai menjadi tidak terkendali, marah, membenci, tidak suka, dan bersedih.. Kau mulai menghancurkan segalanya, walupun mungkin hanya dalam pikiranmu.. Saat kamu merasa apa yang telah kamu lakukan, bukanlah apa yang kamu inginkan.. Saat apa yang kamu dapatkan tidak seperti apa yang kamu harapkan.. Lalu kamu mengerutkan wajahmu.. Pipimu memerah, kau tatap semua orang dengan tatapan tajam.. Seakan mereka lebih dahulu memperlakukanmu seperti itu.. Apa yang kamu pandang menjadi suram, tak ada satupun yang benar... Perlahan kamu mempersalahkan diri, kemudian orang lain, lalu mempersalahkan Tuhan.. Sekiranya kamu mau jujur, kamu hanya perlu mengampuni dirimu sendiri.. Bahwa kamu dalang dari semua yang terjadi padamu.. Hingga dari selah-selah awan yang mendung, cahaya lalu menuntunmu melihat dengan lebih jelas.. Bahwa yang kamu ingikan adalah kedamaiaan.. Di tengah-tengah kerumitan itu ada kedamaiaan, janganlah menutup mata darinya..



"Di tengah kesemerawutan pikiranmu,
 di antara berjuta pilihanmu,
 di antara kerumitan jaring kehidupanmu,
 dan di antara gelap, mendung, embun.. 
Selalu ada temaram cahaya dari lampu abadi di hatimu, 
jiwamu..
Kamu hanya perlu bercermin.. 
Bukan dengan kaca..
Namun lihatlah kedalam dirimu..
Kamu tak perna tertelantarkan sesaatpun.."

#TrimaKasih



foto oleh insomneo (instagram) 

SATU MEJA MAKAN..

Kita tidak akan pernah lupa pertemuan mengesankan itu... Saat kita pertama kali mengikrarkan janji menjadi sodara yang saling mencintai, kekasih yang akan saling menjaga.. Tak sadar kita waktu berlalu begitu cepatnya.. Banyak kenangan yang kita mejadi aktornya, tersimpan baik dalam masing-masing kita.. Kau pasti tak perlu mendengarnya lagi dariku.. Kau lebih pandai menceritakannya.. Hari ini berhari-hari dari saat itu, kita memilih berada di tempat terpisah.. Melukiskan masing-masing dari kita, jalan-jalan kehidupan yang kita pilih.. Ada yang senang pantai, adapulah yang gemar gunung.. Ada yang senang tenang, ada yang betah dengan hiruk-pikuk.. Kita memang punya banyak perbedaan, namun itu pandangan mereka.. Kita sama-sam tahu bahwa kita sebenarnya lebih banyak kemiripan.. Kita tak akan pernah berbedah dalam cinta.. Yang berbeda adalah pahaman kita tentang cinta.. Cinta akan tetap satu walaupun kita berbeda.. 

Kita senang dengan kebaikan.. Karena kita pernah saling melukai, lalu kita belajar bahwa kita tidak senang disakiti, maka selayaknya kita tidak saling menyakiti..

Kita senang dengan pengetahuan.. Dahulu masing-masing dari kita sering berdebat tentang satu hal.. Kita tak kunjung mendapat jawaban, bahkan saling beberbeda pendapat.. Kita lalu belajar dan menyadari bahwa kita benar-benar kekurangan.. Maka kita terus mencari pengetahuan..

Kita lalu bergerak dari kekurang dan terus mengisi kekurangan kita.. Kita berusaha menjadi lebih baik dengan pengetahuaan kita yang sudah semakin bertambah.. Kita lalu menyempurah dan terus menyempurnah.. Karena kita tahu dengan pasti bahwa kita sangatlah berkekurangan..

Kita tak pernah bejanji untuk berpisah.. Hanya saja kita tak ingin mengekang jalan masing-masing, saling memaksakan kehendak.. Jika kita bertemu lagi kita yang berbeda akan tetap sama, sama-sama meridukan santap sederhana di meja makan..

"Mari makan bersama-sama..
Satu meja makan.. 
 Sudah lama kita tak berkumpul satu meja..
 Mengeksekusi tahu dan sayur buatan bunda..
 Mari bersenang-Senang kasihku..
 Makan jarum, seng, atau daging saudara itu tidak manusiawi..
Mari sini sayangku!
Kita saling melepas pilu, berbagi kasih, dan meredam rindu.."



foto oleh insomneo (instagram)


Senin, 24 Maret 2014

Gerak selalu menuju..

 Orang-orang belajar menjadi manusia dengan cara berbeda-beda, itu gerak menuju kesempurnaan.. Ada dua gerak pada manusia. yang pertama adalah geraknya pada materi. Tubuh manusia berasal dari ketiadaan maka penyempurnaannya adalah gerak menuju ketiadaan, melalui kematian. Mati itu sendiri jalan menuju kesempurnaan dan berlaku dengan adil sebagai rahmat Tuhan yang maha baik kepada seluruhnya makhlukNya yang hidup.

Gerak yang kedua adalah jiwa. Jiwa yang berasal dari Yang Maha Sempurna nan abadi, maka jiwa melalukan peroses menyempurnaan secara terus menerus menuju keabadiaan. Hidup adalah sarana menyempurnakan jiwa. Materi kita yang terbatas ruang dan waktu menjadi bukti bahwa dunia hanya salah satu jalan bagi para pelancong yang sedang melalukan perjalanan pulang ke kampung abadinya.

Namun adakah hidup bermakna tanpa usaha dengan hanya menunggu mati.. Sebagian orang berjuang lebih keras lewat belajar, membaca, berdoa untuk mempercepat gerak itu, sebagai antisipasi dari kecemasan akan mengarahnya kita ke arah sebaliknya, menjauh dari kesempurnaan. Hidup akan bermakna jika kita terus memaknainya, sebuah perjuangan tanpa henti. Moga kita orang-orang yang berjuang menjadi manusia, terus-menerus menyempurna!

KEJUTAN PARA PENCARI

Oleh Hajir Muis

"Ada yang hanya saling memandang, tanpa kata, tanpa nada, tanpa artikulasi, berbincang dalam diam namun sarat makna.. ada yang saling berbicara penuh kata , tata bahasa, berwarna, bernada, panjang, dan kehilangan makna.."

            Kita hidup di masa teknologi yang memungkinkan percepatan dalam segala hal. Jarak ratusan kilo meter, dahulu ditempuh berhari-hari, kini hanya perlu beberapa jam saja. Dengan sangat cepat perkembangan teknologi transportasi mampu mempercepat perpindahan dari balahan dunia ke bagian yang lain. Bahkan seorang anak yang tinggal jauh dari orang tuanya, ketika ia rindu, jarak tidak akan menjadi penghalang. Jika tranportasi masih membutuhkan berjam-jam mengantarkan kita pada yang dirindukan. Seketika juga sebuah kotak kecil yang terkoneksi ke jaringan kabel atau nirkabel, pada saat yang sama mampu mempertemukan dua orang yang berada tempat sekalipun. Alat transportasi, telepon, dan berbagai media lainnya telah banyak membantu umat manusia menjaga hubungan silaturahminya. Namun bukan berarti tatap muka menjadi tidak perlu, media-media itu harus tetap menjadi medium saja, alternatif saja, yang medium tidak seyogianya menjadi yang utama. Pertemuan dengan yang dikasihi harus tetap diusahakan. Karena banyak hal dalam hubungan kemanusiaan tidak bisa diselesaikan hanya dengan suara saja. “Kita tetap bisa hidup tanpa media/teknologi, namun tidak tanpa manusia lain.” Akhirnya medium itu hanya menjadi perpanjangan tangan, mendekatkan yang jauh.

Kemarin handphone-nya berdering, hal yang sangat jarang terjadi. Baginya handphone  beberapa tahun terakhir lebih berfungsi sebagai walkman dan kamera. Fungsi telepon dan sms lalu usang dan berdebuh. Yah, beberapa tahun terakhir ia lebih sering bercengkrama langsung dengan orang-orang tanpa medium (alat). Ia punya banyak teman yang selalu diajak bicara dan belajar tentang berbagai hal. Pula waktunya diisi dengan kegiatan yang menguras tenaga dan perhatiaan. Semua dikerjakan bersama-sama dan itu sungguh membuatnya senang. Namun bukan berarti fungsi telepon dan sms tidak digunakannya lagi. Hanya pada saat-saat perlu saja ia gunakan, menerima panggilan kumpul-kumpul, panggilan diskusi, seminar, traktiran, jalan-jalan, makan-makan, dan tentu dari mama-papa yang rindu pada anaknya atau mendapat kabar baik dari orang terkasih yang tidak bersamanya. Dari layar sentuhnya ia mengetahui itu panggilan dari bapaknya terkasih. Sambil tergesah-gesah dan dengan lengkung sabit di bibirnya lalu menggeser perintah di layar untuk menerima panggilan kasih itu.

Seinggatnya dia bukan anak yang akrab dengan bapaknya. Dulu ia lebih sering menghindar, suara dan perangai bapaknya yang keras, ketika ia masih kanak-kanak dikirannya bentuk kemarahan. Sikap dan perintahnya yang tegas terlihat otoriter dan tidak memungkin adannya dialog. Sehingga kadang ketika ia mencoba berbicara pada bapaknya yang terjadi malah perdebatan demi saling memenangkan, menaklukkan. Semua yang diputuskan wajib hukummnya dilaksanakan. Ya, itu pandangannya pada masa lalu, namun pandangan  itu kini berbeda.

Pengetahuaan telah memperlihatkannya sudut pandang lain, yang dulu si anak tidak pernah mencoba melihat dengannya. Si anak sibuk melihat bapak pada kulit luar saja dan mengambil kesimpulan dengan penuh prasangka dan tergesa-gesa.  Perangi dan suara keras itu bukan gambaran seutuhnya dari sang bapak, semua itu hanya topeng. Bapaknya tidak punya alternatif lain karena keterbatasan pengetahuannya. Apa yang ia ketahui maka itu yang menjadi topengnnya. Si anak telah belajar, bahwa 'kasih sayang' yang sebenarnya ingin diungkapkan, ditunjukan bapakknya. Ibarat sebuah kata, sang bapak kekurangan kosa kata untuk mengungkapkan perasaannya. Hal yang ia kini disadari si anak.

Perbincangan bapak dan anak langsung dari tempat berjauhan dimulai. Walaupun sederhana saja pembicaraannya, seperti biasa sang bapak bertanya kabar anaknya dan begitupun sebaliknya, biasanya berlangsung dengan cepat. Seperti itu memang lazimnya perbincangan dua orang yang saling mengasihi, terlalu sederhana sehingga kata-kata tidak terlalu banyak mampu mewadahinnya. Hanya doa dari hati masing-masing, saling mereka kirimkan, menjadi wadah paling pas bagi keduannya merapalkan kasih. “Moga bapak baik selalu, dan jangan lupa makan” seperti itu mungkin kata yang menghubungkan keduannya, tidak banyak. Setelah itu sang anak mohon pamit untuk menutup telepon. Namun tidak seperti biasa  kali ini sepertinya sang bapak punya segudang kata yang ingin dirapalkan pada anaknya.

Perbincang lalu mereka lanjutkan. Sekonyong-konyongnya tanya diajukan sang bapak. Tanya yang sepertinya hasil dari akumulasi keberaniaan yang dikumpulkan sang bapak pada anaknya. Dengan perlahan sang bapak merapalkan dengan pasti, “kamu sudah punya calon nak? Bapak sama mama berhari-hari terus memikirkannya, kami sudah tua nak! Kami mau kalo kamu segera punya pendamping!”. Si anak kaget namun tanpa prasangka, karena ia tahu dengan pasti bahwa kedua orang tuannya sungguh menyayanginya, lalu memekarkan senyum bahaginya. Si anak paham maksud bapaknnya. Sedikit mengalihkan pembicaraan si anak lalu berkelakar, “bukannya mama sama bapak yang mau carikan/pilihkan saya pendamping hidup? Tugasku berkhitmat sama bapak dan mama. Insya Allah saya ikhlas pa dengan pilihan kalian.”

Keheranan sepertinya menyelubungi sang bapak. Dia merasa dikalahkan telak oleh sang anak, karena seingatnya dahulu jika ia memerintahakan si anak, bantahan yang lebih dahulu muncul darinya. Namun kali ini tidak! "Apa yang terjadi dengan anak ini?", mungkin kata sang bapak? Dengan merabah-rabah mencoba memastikan apakah anaknya telah berubah, kembali ia bertanya, “masa kamu tidak punya pilihan sendiri sih?”. Tanpa sang bapak sadari beliau juga telah banyak berubah, putusannya yang selalu final, saat ini sedang membuka ruang dialog dengan si anak. Perilaku si anak yang belajar mengikhlaskan dirinya bagi kedua orang tuanya, membuahkan buah kasih-sayang dan sikap lembut dari bapaknya. Sambil bercanda si anak lalu menjawab, “ada sih pak, tapi itu jumlahnya ratusan? Saya kebingungan memilihnya. Mending saya serahkan saja sama bapak dan mama yang memilihkan.” Sang bapak alhasil kedengarannya hanya bisa tertawa saja, 'Loh kok bisa ratusan nak?".

Ada hal yang beberapa tahun ini menarik perhatiaan si anak di kota yang jauh dari kedua orang tuanya. Si anak sedang senang dan sangat penasaran tentang tentang ‘cinta’. Si anak terus bertanya apa sebenarnya cinta itu? Pertanyaan yang sejak awal permulaan kehidupan manusia sudah ditanyakan dan hingga saat ini masih juga dibincangkan. Cinta menjadi suatu yang begitu jelas dan juga begitu abstrak, gaib dan mistik. Walaupun dewasa ini lebih populis dan kehilangan daya magisnya karena komodifikasi media. Apakah cinta hanya meluluh tentang laki-laki dan perempuaan? Atau hasrat? Mana sebenarnya cinta itu? Si anak terus mencari jawaban atas tanya itu.

“Aku adalah perbendaharaan tersembunyi, Aku rindu untuk dikenal, maka kuciptakan Dunia.” ( hadis qudsi)

Terus ia mencari jawaban, sangat beragam jawab yang ia dapat. Setiap jawab semakin lama seperti sebuah puzzel besar yang mungkin seluruh hidup ini tidak akan cukup untuk menyusun sepenuhnya. Perlahan-lahan dikumpulakan serpihan jawaban itu dan terus menyempurnakan hingga semakin jelas baginya. Kini menjadi semakin jelas, bahwa dia tidak memiliki cinta sedikitpun! Cinta tidak punya objek! Cinta itu sederhana, saking sederhana, kata dan angan-angan kita kadang malah merumitkannya. Cinta adalah subjek, cinta adalah apa yang menyebabkan kita hidup. Cinta adalah yang tersembunyi dalam diri kita sendiri, jiwa kita, sumber hidup kita. Diri kita tidak punya cinta! Cinta yang kita miliki hanya pemberiaan, titipan dari Cinta. Dia yang maha cintalah yang memiliki cinta itu. Dialah Yang Maha Pencipta, menciptakan makhlukNya. Dialah Yang Maha Hidup yang memberi maklukNya hidup. Dialah Yang Maha Cinta yang memberi cinta pada makhlukNya. Dialah Cinta yang hakiki, Dia mencipta karena mencintai makhlukNya, agar maklukNya mempersaksikan cintaNya, agar maklukNya mengenalNya, mendapatkan cintaNya. Kalau memang seperti itu maka yang mana cinta itu? Jawabnya sederhana semua makhluknya adalah wajah CintaNya. Karena makhluk terus bergantung pada cintaNya. Dengan berharap mendapatkan limpahan kasih dari Sang Maha Cinta. Jika sesaat saja kasih itu terhenti menurut kalian apa yang akan terjadi? Sedang hidup adalah bergantung pada Penciptanya.

Kemanapun kamu berpaling, di situlah Wajah Allah.” (QS. al-Baqarah:115)

Pilihan apa yang kita punya kalau begitu, saat di mana kita memandang yang ada hanya cinta! Maka sudah sepantasnya kita menjaga pandangan kita, moga tidak memandangnya dengan cara yang tidak sepantasnya. Mungkin kita akan kebingungan dengan apa yang di pelajari si anak. Namun dengan pengetahuaanya itu, lalu merubah segalah garak-perilaku-perangai si anak. Karena semua hal adalah wajah Cinta, maka apa yang bisa ia lakuakan selain mencintaiNya. Ia lalu paham bahwa kepada siapa saja, sudah seharusnya untuk ia mencintai, kepada siapapun ia harus menebar kasih.

"Siapa yang aku cintai ketika mencintaimu?
Apa yang kurindukan ketika merindukanmu?
Jika kau adalah bukan cinta mana mungkin kau kucinta..
Jika kau adalah bukan rindu mana mungkin kau kurindu..
Sedang untuk mencinta aku butuh cinta..
Dan untuk siapa cinta itu jika bukan untuk yang dicintai..
Maka pecinta - cinta - dicinta adalah satu..
Jika dua, aku rasa aku telah sesat dimakan ular nagaku.." #CintaTuhanMeliputiSegala

Si anak pernah belajar dari cerita seorang gurunya. Bahwa cinta secara teoritis punya tiga tahapan atau tingkatan.  

Pertama adalah cinta aku, cinta seperti ini perpros pada ‘aku’. Semua hanya tentang aku! Cinta seperti itu terungkap dengan kalimat, aku mencintaimu karena kamu cantik, kamu kaya, kamu kriteria aku. Siapa yang sebenarnya dia cintai saat itu? Angannya yang ia cintai! Hanya dirinya yang ia cintai. Semua hanya tentang ‘aku’ dan hanya aku. Maka cinta yang seperti ini bukan cinta sejati, pelakunya akan sangat mudah mengalami kekecewaan. Paras yang cantik akan menua, apakah ia akan masih tetap mencinta? Sedang semua ia bangun atas dasar hayalannya tentang cinta. Mungkin kita bisa menyebut ini cinta tuan/penguasa.

Kedua cinta karena ‘dia’, biasanya ini terjadi pada cinta pandangan pertama. Dasarnya adalah dugaan kita bahwa kita mencintai, cinta ini kadang membutahkan kita, apapun kita lakukan demi ‘dia’ bahkan jika itu perbuatan yang buruk. Untuk kedua tahap cinta itu bersiaplah untuk kecewa juga karena cinta ini di dasari kebodohan/ketidaktahuan kita sendiri. Cinta pada tahap ini tidak mengenal objek cintanya dengan benar. Kalian bisa dengar lagu efek rumah kaca - jatuh cinta itu biasa saja, yang mengkritik cinta atas dasar kebodohan.

Ketiga cinta lalu bermetamorfosis lagi, cinta pada tahap ini didasarkan pada pengetahuan kita, pada yang siapa sebenarnya yang layak untuk mencinta! Pengetahuan telah memenuhi diri kita, sehingga kita mampu menuju pada cinta yang sebenarnya, dengan pelita pengetahuaan. Pecinta telah mengenal objek cintanya dengan benar. Cinta ini tidak dalam kegelapan, cinta seperti ini penuh dengan cahaya petunjuk. Cinta seperti ini tidak akan mengecewakan pecintannya, karena dia tahu dengan pasti siapa yang pantas di cintai. Pada tahap ini cinta akan terus menyempurna hingga cinta adalah karena Cinta. Tidak ada lagi subjek-objek cinta, karena mereka telah men-dia.   Demikian si anak perna sedikit belajar tentang cinta, ia lalu berusaha sekuat tenaga terus belajar mengenali Cinta, men-dia. Maka mungkinkah kita akan kecewa dengan cinta seperti itu?

"Kemanapun aku memandang, wajahmu yang selalu kulihat.. Aku lalu mengalihkan pandanganku, karena aku takut menatapmu dengan tak pantas.. Lalu bagaimana caranya aku bisa berlari darimu, sedang yang ada hanya dirimu. belajar mencintai artinya usaha sebesar mungkin membersihkan diri dari kotoran yang merusak jiwa..

Si anak sedang belajar mecintai, ia sedang berusaha menghilangkan berbagai motif dalam cintanya. Kalaupun ada, yaitu bahwa manusia diciptakan dengan cinta, maka mereka harus saling  mengenal untuk saling mencinta. Kalau setiap orang adalah wajah cinta, maka haram hukumnya untuk mereka saling membenci, memfitnah, membunuh, merampok, menzalimi sesama. Malahan tujuan kita diciptakan adalah untuk saling menebar rasa damai, bahagia, cinta kasih dengan sesama. Karena kita semua sebenarnya satu saja. Semua manusia, yang tak ada satupun serupa ini adalah percikan cinta Sang Maha Cinta.

Banyak hal yang akhirnya dibicarakan si anak dan sang bapak. Tawar menawar terus berlangsung. Ceramah-ceramah pendek sang bapak terus di ulang-ulang, yang intinya sudah terlalu jelas. Poin sang bapak si anak yang harus mencari sendiri calon pasangan hidupnya. Sedangkan poin si anak karena sang bapak sudah menyerah dari si anak dan menyerakan kepada anak pencariaan itu, maka si anak sekali lagi hanya bisa berhikmat, ia patuh pada orang tuannya. Hanya saja itu sungguh sulit bagi si anak, memilih bukan hal yang ia sukai, apa lagi memilih peremupuan, “siapa saya?” dalam hatinya. Menegaskan bahwa ia bukan orang yang berkelebihan sehingga berhak mengukur orang lain berkekurangan. Namun batas waktu telah ditentukan bapaknya, dua tahun titah sang bapak. 

Si anak akan mencarinya, baginya yang mengangap cinta adalah sesuatu yang terus-menurus ia pelajari hingga menyempurna. Wajar jika cantik, kaya, bukan ukuran utama. jika ia tidak cantik maka dengan cinta yang tulus gadis itu akan menjadi yang paling cantik. Jika ia tidak kaya, rasa syukur selalu mencukupkan mereka agar tidak kufur. Mungkin yang terpenting gadis itu harus mau belajar juga sabar dan lalu mereka akan belajar bersama di sisa hidup mereka.

“Pun kita mungkin belum bertemu atau bahkan kita sudah sangat akrab. Aku sealu membayangkan senyummu yang manis. Kita lalu tidak jatuh kesakitan, namun terus menerus belajar saling mencinta, berpegangan tangan mengahadapi yang ‘merah’ (bahaya). Kita lalu berdoa agar restu dari Sang Maha Cinta tercurah pada kita. Kita bersyukur di kala ‘hijau’ (hidup bahagia), dan bersabar di kala biru (haru/sedih).” #Si Anak Nakal

Sejam berlalu dengan cepat, sekali lagi medium hanya bertugas mendekatkan yang jauh. Pembicaraan si anak dan sang bapak tidaklah cukup, bahkan jika itu berjam-jam lagi. Karena memang ada bahasa yang tidak melulu hanya dengan menggunakan kata, pelukan misalnya! Si anak akan segera bertemu dengan sang bapak untuk melajutkan perbincangan, yang mungkin hanya berlangsung beberapa menit saja, beberapa menit itu pun tidak sebanding dengan berbicara berjam-jam lewat medium itu. Ia juga akan memeluk bapaknya, setelah itu mungkin tidak akan ada kata lagi. Namun tetap saja terima kasih bagi medium itu karena telah menyambungkan kasih antar umat manusia.

25/03/14 Rumah hijau, bersama matahari yang bangga menggantikan gelap yang berlalu dengan cepatnya..

Ps: Selalu sulit memadatkan sebuah cerita yang sebenarnya panjang. Mungkin jika ada kesempatan yang lebih luang, potongan kisah ini moga bisa aku jadikan sebuah cerita yang lebih utuh...